Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2024

Ringan

Dalam adegan pertempuran terakhir di film 300 (2006) yang mengambil latar peperangan Thermopilae, Leonidas, raja Sparta, melepaskan helm, jubah, dan tombaknya untuk menunjukkan penyerahan diri pada raja Persia, Xerxes. Penyerahan diri tersebut rupanya pura-pura saja. Leonidas sengaja melepaskan segala atribut perangnya, justru supaya tubuhnya lebih ringan demi melompat lebih tinggi, menghujamkan tombaknya yang berhasil menggores pipi Xerxes. Menurut sang narator, helm dan jubah itu terlalu memberatkan Leonidas. Jika tetap digunakan, maka sukar bagi sang raja Sparta untuk menjangkau Xerxes yang berdiri angkuh di atas singgasana.  Kita bisa sekaligus melihatnya secara simbolik. Bahwa dalam bermasyarakat, umumnya kita mengejar "helm" dan "jubah" sebagai katakanlah, simbol kehormatan, suatu atribut untuk membuat kita menjadi terpandang di mata orang-orang. "Helm" dan "jubah" itu bisa berapa apapun, seperti taraf ekonomi, pendidikan, ketenaran, jabat

Ringan

Dalam adegan pertempuran terakhir di film 300 (2006) yang mengambil latar peperangan Thermopilae, Leonidas, raja Sparta, melepaskan helm, jubah, dan tombaknya untuk menunjukkan penyerahan diri pada raja Persia, Xerxes. Penyerahan diri tersebut rupanya pura-pura saja. Leonidas sengaja melepaskan segala atribut perangnya, justru supaya tubuhnya lebih ringan demi melompat lebih tinggi, menghujamkan tombaknya yang berhasil menggores pipi Xerxes. Menurut sang narator, helm dan jubah itu terlalu memberatkan Leonidas. Jika tetap digunakan, maka sukar bagi sang raja Sparta untuk menjangkau Xerxes yang berdiri angkuh di atas singgasana.  Kita bisa sekaligus melihatnya secara simbolik. Bahwa dalam bermasyarakat, umumnya kita mengejar "helm" dan "jubah" sebagai katakanlah, simbol kehormatan, suatu atribut untuk membuat kita menjadi terpandang di mata orang-orang. "Helm" dan "jubah" itu bisa berapa apapun, seperti taraf ekonomi, pendidikan, ketenaran, jabat

Bagaimana Kekuasaan Bekerja?

(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Michel Foucault (1926 – 1984) adalah pemikir asal Prancis yang memfokuskan kajiannya pada konsep power atau kuasa. Saat kita membicarakan kuasa, apa yang kita bayangkan? Kemungkinan kita membayangkan sosok seperti bos, penguasa, atau pemimpin militer yang memberi instruksi bagi bawahannya.  Tipe kuasa semacam itu memang jelas adanya, tetapi hanya salah satu jenis saja dari bermacam- macam jenis kuasa. Kuasa seperti demikian digolongkan Foucault sebagai kuasa berdaulat ( sovereign power ). Dalam artikel ini, kita akan membicarakan analisis Foucault terhadap jenis kuasa yang lain yakni kuasa pendisiplinan ( disciplinary power ). Tidak seperti kuasa berdaulat yang dibayangkan berasal “dari atas ke bawah”, kuasa pendisiplinan bisa juga muncul “dari bawah ke atas” dan bahkan berlaku secara horizontal.  Kuasa pendisiplinan pertama-tama mesti dipahami sebagai kuasa yang bekerja pada level individu (Foucault, 2006: 75), lebih persisnya, pada tubuh ind

Partitur: Drive My Car (Aransemen untuk 4 Gitar)

Aransemen lagu Drive My Car dari The Beatles untuk empat gitar ini ditulis sekitar tahun 2013 untuk komunitas Ririungan Gitar Bandung. Aransemen ini sangat cocok untuk pemula. Untuk menambahkan unsur orisinalitas, dimasukkan tema Cingcangkeling di bagian outro lagu.  Gitar 1 Gitar 2 Gitar 3 Gitar 4

Bagaimana Levinas Menanggapi Konflik Israel - Palestina?

(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak)  Beberapa hari belakangan, dunia internasional kembali dikejutkan oleh memanasnya konflik Israel – Palestina yang ditandai oleh serangan Hamas dari Jalur Gaza, langsung menuju keramaian warga sipil dan juga lokasi militer strategis Israel. Ragam pemberitaan bermunculan, termasuk di media sosial, yang menunjukkan bahwa serangan ini tergolong masif – menimbulkan reaksi berupa penetapan “kondisi perang” oleh otoritas Israel. Respons warganet tentu terbelah, antara mereka yang mendukung pembebasan Palestina versus mereka yang mendukung keberlangsungan negara Israel.  Perkara sejarah konflik antara Israel versus Palestina yang telah berlangsung sejak 1948 tidak perlu diceritakan panjang lebar dalam tulisan ini. Hal yang hendak dibahas adalah pandangan filsuf Prancis – Yahudi, Emmanuel Levinas (1906 – 1995), atas konflik Israel – Palestina. Mengapa pandangan Levinas menarik untuk dibicarakan dalam konteks ini? Dari sisi latar belakang, Levinas memil

Miniatur (2)

Di foodcourt, seluruh kompleksitas tersedia. Ada bos tenant halu yang mengklaim dirinya punya kekayaan 35 milyar, ada ibu pemilik sebuah dagangan yang mengaku tak cinta pada suaminya dan memilih untuk memadu kasih bersama pria dari masa lalunya, ada ibu solehah yang tekun membaca Herodotus, ada pasangan pedagang yang tak kunjung menikah karena beda agama, ada pekerja yang memiliki kekhasan orientasi seksual yang dalam desakan hari-hari kerja memaksa untuk libur satu hari saja demi meluapkan hasrat seksualnya, dan ada saya, yang oleh sebagian dari mereka dipanggil "si dosen", yang mengalami suatu pencerahan, karena akhirnya bergulat penuh dengan pengalaman manusia, setelah sekian lama berada di menara gading, berkutat dengan konsep bernama Kemanusiaan.  Saya sekarang paham bahwa ada interseksi antara kata-kata Dostoevsky yang kurang lebih berisi "Semakin saya cinta kemanusiaan secara umum, semakin sulit saya untuk cinta pada orang per orang," dan gagasan Levinas tent

Partitur: Jazz adalah Bukan Ini Bukan Itu

  Partitur Jazz adalah Bukan Ini Bukan Itu ditulis Januari 2019 untuk kepentingan acara Jazz Poet Society di sebuah kafe di daerah Jalan Pahlawan, Bandung. Jazz Poet Society adalah komunitas bentukan Klab Jazz, komunitas yang didirikan oleh Dwi Cahya Yuniman dan telah saya ikuti sejak tahun 2005. Teman-teman lain yang tergabung umumnya menafsirkan "puisi jazz" sebagai "puisi bertemakan musik jazz", sementara saya mencoba mengartikan "puisi jazz" sebagai "puisi bergaya musik jazz" dalam artian memiliki unsur improvisatoris dan sedikit "nakal".