Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Pernah

Pada tanggal 12 Agustus 2018, terjadi peristiwa keren pada pertandingan Major League Soccer antara DC United melawan Orlando City. DC United sangat membutuhkan kemenangan pada laga ini. Dalam keadaan seri 2-2 di menit-menit akhir pertandingan, DC United mendapat tendangan penjuru. Peluang ini begitu krusial hingga kiper DC United ikut maju ke kotak penalti untuk mencoba peruntungan. Kiper Orlando City berhasil meninju bola ke tengah lapangan dan diterima oleh pemainnya. Dalam keadaan gawang DC United yang tidak dijaga, pemain yang memegang bola tersebut berada dalam posisi menguntungkan untuk berlari mendekati gawang dan menceploskannya dengan mudah. 

Namun apa yang terjadi? Eks pemain legendaris Manchester United, Wayne Rooney, yang bermain untuk DC United, berlari sekuat tenaga sebelum melakukan tekel gemilang dan berhasil merebut bola. Tidak berhenti sampai sana aksi Rooney, ia mengirim bola kembali ke kotak penalti dan berhasil disundul oleh Luciano Acosta. Gol! Hal yang lebih menarik, Acosta adalah pemain terpendek di tim, tetapi ternyata pemain bernomor punggung 10 itulah yang justru mampu memenangkan duel udara dan membuat timnya mencetak gol di menit terakhir sekali pertandingan. Drama belum berakhir. Wasit menunda pengesahan gol itu karena terindikasi offside. Wasit mengecek VAR sesaat sebelum akhirnya gol tetap diakui. DC United menang! 

Hal apa yang akan dibahas di sini? Dalam hidup, seringkali ada peristiwa-peristiwa semacam itu: hal-hal yang peluang terjadinya begitu kecil, ternyata pernah terwujud. Apa yang pernah terjadi itu, menumbuhkan harapan, membuat seseorang berpegang pada apa yang pernah, ketika dihadapkan pada hal-hal yang juga peluangnya teramat kecil. Hampir kalah tinggal beberapa detik, orang bisa mengingat: Rooney pernah berlari ke daerah pertahanan, melakukan tekel, dan mengirim bola jauh ke depan untuk menjadi gol. Hampir gagal dalam suatu pertarungan, orang bisa mengingat: Liverpool pernah tertinggal 0-3 di Istanbul tahun 2005 sebelum menyamakan kedudukan di babak kedua dan menjuarai Liga Champions via adu penalti. 

Memang, apa yang pernah terjadi, belum tentu dapat terulang. Kita kan bukan Rooney, kita kan bukan Liverpool. Ada benarnya, tetapi poin ceritanya itu yang lebih penting: bahwa sesuatu belum berakhir sampai benar-benar berakhir. Brasil pernah tertinggal 0-5 di babak pertama melawan Jerman pada Piala Dunia 2014. Mungkin mereka berpegang pada cerita Istanbul untuk membalikkan keadaan. Brasil gagal total, bahkan keadaan tetap buruk di babak kedua. Namun bisa jadi: mereka tetap bermain maksimal karena sebuah kisah tentang "hal yang pernah", bahwa kemenangan itu mungkin saja, meskipun peluangnya sangat sangat kecil. 

Jika kita ingin melihat dari kacamata yang lebih luas, sesuatu yang "pernah" mungkin memang sengaja dibuat sebagai bagian dari dialektika sejarah. Supaya manusia selalu menaruh harapan pada apa yang kelihatannya tak mungkin sekalipun. Dalam ketidakmungkinan, siapapun itu kemudian dapat menggali pada cerita-cerita ke belakang, bahwa pernah terjadi suatu pembalikkan keadaan, dalam situasi yang nyaris mustahil, seperti halnya dalam kisah abadi Daud versus Jalut.

Itu sebabnya, tak berlebihan jika kita mengatakan bahwa sejarah bukanlah perkara masa lalu, melainkan masa depan. Sejarah adalah tentang hal-hal yang "pernah", sebagai jalan bagi kita menyimpan harapan, atas apa-apa yang tak mungkin sekalipun. Maaf jika terdengar motivasional. 

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...