Pada tanggal 12 Agustus 2018, terjadi peristiwa keren pada pertandingan Major League Soccer antara DC United melawan Orlando City. DC United sangat membutuhkan kemenangan pada laga ini. Dalam keadaan seri 2-2 di menit-menit akhir pertandingan, DC United mendapat tendangan penjuru. Peluang ini begitu krusial hingga kiper DC United ikut maju ke kotak penalti untuk mencoba peruntungan. Kiper Orlando City berhasil meninju bola ke tengah lapangan dan diterima oleh pemainnya. Dalam keadaan gawang DC United yang tidak dijaga, pemain yang memegang bola tersebut berada dalam posisi menguntungkan untuk berlari mendekati gawang dan menceploskannya dengan mudah.
Namun apa yang terjadi? Eks pemain legendaris Manchester United, Wayne Rooney, yang bermain untuk DC United, berlari sekuat tenaga sebelum melakukan tekel gemilang dan berhasil merebut bola. Tidak berhenti sampai sana aksi Rooney, ia mengirim bola kembali ke kotak penalti dan berhasil disundul oleh Luciano Acosta. Gol! Hal yang lebih menarik, Acosta adalah pemain terpendek di tim, tetapi ternyata pemain bernomor punggung 10 itulah yang justru mampu memenangkan duel udara dan membuat timnya mencetak gol di menit terakhir sekali pertandingan. Drama belum berakhir. Wasit menunda pengesahan gol itu karena terindikasi offside. Wasit mengecek VAR sesaat sebelum akhirnya gol tetap diakui. DC United menang!
Hal apa yang akan dibahas di sini? Dalam hidup, seringkali ada peristiwa-peristiwa semacam itu: hal-hal yang peluang terjadinya begitu kecil, ternyata pernah terwujud. Apa yang pernah terjadi itu, menumbuhkan harapan, membuat seseorang berpegang pada apa yang pernah, ketika dihadapkan pada hal-hal yang juga peluangnya teramat kecil. Hampir kalah tinggal beberapa detik, orang bisa mengingat: Rooney pernah berlari ke daerah pertahanan, melakukan tekel, dan mengirim bola jauh ke depan untuk menjadi gol. Hampir gagal dalam suatu pertarungan, orang bisa mengingat: Liverpool pernah tertinggal 0-3 di Istanbul tahun 2005 sebelum menyamakan kedudukan di babak kedua dan menjuarai Liga Champions via adu penalti.
Memang, apa yang pernah terjadi, belum tentu dapat terulang. Kita kan bukan Rooney, kita kan bukan Liverpool. Ada benarnya, tetapi poin ceritanya itu yang lebih penting: bahwa sesuatu belum berakhir sampai benar-benar berakhir. Brasil pernah tertinggal 0-5 di babak pertama melawan Jerman pada Piala Dunia 2014. Mungkin mereka berpegang pada cerita Istanbul untuk membalikkan keadaan. Brasil gagal total, bahkan keadaan tetap buruk di babak kedua. Namun bisa jadi: mereka tetap bermain maksimal karena sebuah kisah tentang "hal yang pernah", bahwa kemenangan itu mungkin saja, meskipun peluangnya sangat sangat kecil.
Jika kita ingin melihat dari kacamata yang lebih luas, sesuatu yang "pernah" mungkin memang sengaja dibuat sebagai bagian dari dialektika sejarah. Supaya manusia selalu menaruh harapan pada apa yang kelihatannya tak mungkin sekalipun. Dalam ketidakmungkinan, siapapun itu kemudian dapat menggali pada cerita-cerita ke belakang, bahwa pernah terjadi suatu pembalikkan keadaan, dalam situasi yang nyaris mustahil, seperti halnya dalam kisah abadi Daud versus Jalut.
Itu sebabnya, tak berlebihan jika kita mengatakan bahwa sejarah bukanlah perkara masa lalu, melainkan masa depan. Sejarah adalah tentang hal-hal yang "pernah", sebagai jalan bagi kita menyimpan harapan, atas apa-apa yang tak mungkin sekalipun. Maaf jika terdengar motivasional.
Comments
Post a Comment