Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

ASMR

 

Sudah lama saya selalu perlu musik atau suara-suara untuk tidur. Sumbernya bisa dari Youtube atau Spotify. Biasanya, saya baru akan mengantuk kalau diiringi musik jazz lembut atau lo-fi. Klasik tidak, karena klasik kadang bikin saya tertarik untuk menyimaknya dan malah terjaga. Lalu belakangan saya jadi tahu istilah ASMR atau singkatan dari autonomous sensory meridian response. Lihat-lihat di Wikipedia, ASMR diartikan sebagai "sensasi menggelitik" yang mengarah pada seputaran kepala, leher, dan tulang belakang bagian atas. ASMR dirangsang bisa melalui media audio visual dan kadang sensasinya mengarah pada wilayah sensual. 

ASMR juga ampuh untuk membuat kita mengantuk. ASMR mungkin mirip dengan pengalaman didongengi waktu kecil dengan suara ibu yang setengah berbisik atau dielus-elus sampai terlelap. Konten-konten ASMR biasanya terkait melihat (dan mendengar) sepatu disemir, jari yang diketukkan berulang-ulang, orang dipijat kepalanya, sampai suara orang berbicara apapun dengan tonasi sangat kalem dan bahkan diantaranya sambil berbisik. Saya juga menemukan nama John Butler, sekarang usianya 80-an tahun, sebagai orang yang dipandang mempunyai "suara paling ASMR". Mendengar Butler berbicara adalah seperti mendengar orang mendongengkan legenda atau cerita rakyat dari tanah Britania. 

Sejujurnya saya tak terlalu mengantuk menonton dan mendengarkan ASMR. Saya cuma kadang merasa geli saja menyimak orang dipijat kepala atau perempuan yang berbisik mesra sambil mengetuk-ngetukkan jarinya. Mungkin ada satu konten ASMR yang benar-benar bikin saya lumayan nyaris terlelap, yakni saat seorang pria memberikan sugesti dalam bentuk "cahaya emas" yang menjalar dari kepala hingga leher, dengan suara yang benar-benar menghipnotis. Suara John Butler lumayan bikin ngantuk, tetapi saya merasa dia terlalu panjang dalam berbicara sehingga malah merasa kasihan. 

Hal yang lebih mengganggu saya adalah konten-konten ASMR tampak seperti semacam kerinduan kita akan hal-hal yang diinderai secara langsung. Kerinduan akan elusan, belaian, bisikan, puk-pukan, yang mungkin kian berjarak akibat segalanya termediasi oleh layar. Jadilah layar-layar itu sekarang, melalui beraneka konten ASMR, berupaya mengembalikan sensasi sentuhan langsung yang meski artifisial, tapi mungkin terasa lumayan bagi sebagian orang. 

Mungkin bagi generasi baru yang terbiasa dengan layar sedari balita, konten ASMR tampak seperti hal yang asing sekaligus mengagumkan. Sementara bagi saya, ASMR membawa pada memori-memori, tentang Papap dengan mesin tiknya, dan Papap tatkala menceritakan dongeng sebelum tidur. Saya lupa nama tokoh dalam dongeng tersebut, tetapi dia adalah tokoh yang menjadikan batu akik sakti sebagai senjatanya.

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...