Sudah lama saya selalu perlu musik atau suara-suara untuk tidur. Sumbernya bisa dari Youtube atau Spotify. Biasanya, saya baru akan mengantuk kalau diiringi musik jazz lembut atau lo-fi. Klasik tidak, karena klasik kadang bikin saya tertarik untuk menyimaknya dan malah terjaga. Lalu belakangan saya jadi tahu istilah ASMR atau singkatan dari autonomous sensory meridian response. Lihat-lihat di Wikipedia, ASMR diartikan sebagai "sensasi menggelitik" yang mengarah pada seputaran kepala, leher, dan tulang belakang bagian atas. ASMR dirangsang bisa melalui media audio visual dan kadang sensasinya mengarah pada wilayah sensual.
ASMR juga ampuh untuk membuat kita mengantuk. ASMR mungkin mirip dengan pengalaman didongengi waktu kecil dengan suara ibu yang setengah berbisik atau dielus-elus sampai terlelap. Konten-konten ASMR biasanya terkait melihat (dan mendengar) sepatu disemir, jari yang diketukkan berulang-ulang, orang dipijat kepalanya, sampai suara orang berbicara apapun dengan tonasi sangat kalem dan bahkan diantaranya sambil berbisik. Saya juga menemukan nama John Butler, sekarang usianya 80-an tahun, sebagai orang yang dipandang mempunyai "suara paling ASMR". Mendengar Butler berbicara adalah seperti mendengar orang mendongengkan legenda atau cerita rakyat dari tanah Britania.
Sejujurnya saya tak terlalu mengantuk menonton dan mendengarkan ASMR. Saya cuma kadang merasa geli saja menyimak orang dipijat kepala atau perempuan yang berbisik mesra sambil mengetuk-ngetukkan jarinya. Mungkin ada satu konten ASMR yang benar-benar bikin saya lumayan nyaris terlelap, yakni saat seorang pria memberikan sugesti dalam bentuk "cahaya emas" yang menjalar dari kepala hingga leher, dengan suara yang benar-benar menghipnotis. Suara John Butler lumayan bikin ngantuk, tetapi saya merasa dia terlalu panjang dalam berbicara sehingga malah merasa kasihan.
Hal yang lebih mengganggu saya adalah konten-konten ASMR tampak seperti semacam kerinduan kita akan hal-hal yang diinderai secara langsung. Kerinduan akan elusan, belaian, bisikan, puk-pukan, yang mungkin kian berjarak akibat segalanya termediasi oleh layar. Jadilah layar-layar itu sekarang, melalui beraneka konten ASMR, berupaya mengembalikan sensasi sentuhan langsung yang meski artifisial, tapi mungkin terasa lumayan bagi sebagian orang.
Mungkin bagi generasi baru yang terbiasa dengan layar sedari balita, konten ASMR tampak seperti hal yang asing sekaligus mengagumkan. Sementara bagi saya, ASMR membawa pada memori-memori, tentang Papap dengan mesin tiknya, dan Papap tatkala menceritakan dongeng sebelum tidur. Saya lupa nama tokoh dalam dongeng tersebut, tetapi dia adalah tokoh yang menjadikan batu akik sakti sebagai senjatanya.
Comments
Post a Comment