Sudah sebulan saya berbisnis makanan. Tentu saja saya mengaktifkan fitur online supaya dagangan lebih ramai. Memang lumayan, tiap hari ada saja yang beli lewat aplikator layanan jasa antar makanan, meskipun jumlahnya belum bisa dikatakan ramai. Karena perasaan yang begitu senang setiap adanya orderan, saya mencoba berbagai fitur promo dan diskon yang ditawarkan aplikator. Pikiran saya, "Ah, gapapa dipotong biaya promosi dan diskon agak lumayan, yang penting ramai pemesan dulu."
Memang promosi ini lumayan memberi dampak, karena bagaimanapun konsumen senang dengan potongan harga. Lama kelamaan, fitur promosi dan diskon ini makin menggiurkan. Ada yang menawarkan ruang untuk banner besar sehingga saat calon konsumen membuka aplikasi, langsung foto restoran saya yang terpampang. Bagaimana tidak menarik? Saya dengan latah mengklik saja karena yakin tampilan yang mencolok akan membuat makanan saya laku. Pembeli memang bertambah, tetapi apa yang terjadi? Suatu hari masuk biaya tagihan via e-mail yang besarnya bikin saya pusing. Saya harus membayar lima ratusan ribu pada aplikator.
Rupanya ada hal yang luput saya pahami. Saya membayar pada aplikator untuk setiap klik yang dilakukan konsumen pada menu restoran kita. Klik tentu belum berarti membeli, sampai di sana saya tahu. Namun pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengetahui jumlah klik sebenarnya yang dilakukan konsumen? Konsumen bisa saja mengklik restoran kita seratus kali dan hanya melakukan satu kali pembelian. Namun dari mana kita tahu konsumen melakukan klik seratus kali? Tiba-tiba saja saya diharuskan membayar seratus kali klik itu, taruhlah per kliknya seribu rupiah, maka biayanya menjadi seratus ribu! Padahal pesanan yang masuk hanya satu, katakanlah senilai dua puluh lima ribu.
Pesanan ke restoran saya memang bertambah, tapi tak sebanding dengan jumlah kliknya yang terus membumbung, sampai mencapai angka lima ratus ribuan. Mungkin pihak aplikator meminta saya untuk mengevaluasi: kenapa orang mengklik sebanyak itu tapi yang membeli jauh di bawahnya. Iya, tapi tetap saja, tahu dari mana bahwa jumlah klik terhadap restoran saya itu sedemikian banyaknya? Bukankah aplikator mengarang angka pun toh saya tidak bakalan tahu? Ini sama saja dengan dunia penerbitan dan dunia rekaman. Kita tidak pernah benar-benar tahu berapa buku atau rekaman yang terjual sebenarnya di pasaran. Yang kita terima hanya laporan yang entah benar atau dimanipulasi, yang pasti kita langsung menerima royalti sekian.
Jadinya saya melepas fitur promo satu per satu dan hanya fokus pada promo yang memang terbukti meningkatkan penjualan secara signifikan. Bahkan saya terpikirkan untuk menaikkan harga gila-gilaan saja di aplikasi. Pemesan via aplikasi adalah hanya untuk mereka yang tak memusingkan perkara harga. Yang penting pesanan mereka diantarkan ke tujuan. Ide yang terakhir ini masih saya simpan, mungkin kelak dijalankan kalau penjualan offline sudah stabil. Namun pesan moralnya, jangan mudah tergiur serba serbi tawaran aplikator, padahal transparansinya sangatlah patut dipertanyakan.
Comments
Post a Comment