Kata kedua orang tua saya (yang telah wafat), Syarif Maulana artinya "pemimpin yang bijaksana". Meski menyukai nama tersebut, saya tak terlalu peduli pada artinya. Saya kira, makna semacam itu hanya sugesti saja, tidak mencerminkan suatu karakter atau nasib tertentu. Sampai suatu ketika, saya berjumpa dengan seseorang yang saya anggap sebagai pembimbing spiritual. "Saya mau membimbingmu," katanya kira-kira, "karena namamu Maulana." Alasan yang aneh dan tidak rasional, tetapi sekurang-kurangnya memperlihatkan bahwa nama ternyata punya tuah juga.
Sampai suatu ketika pula, setelah berbagai kejadian belakangan ini, Guru di kabupaten P2 kemudian mengungkapkan pendapatnya tentang nama saya, "Namamu itu maknanya lumayan berat. Artinya kira-kira setara raja, tetapi bukan cuma raja, melainkan raja para raja, alias raja diraja." Guru lalu melanjutkan, "Karena nama itu, kau menjadi seseorang dengan ego yang tinggi." Agak sedih mendengarnya, karena bagaimanapun nama tersebut adalah pemberian kedua orang tua. Saya tak pernah mengubahnya, tak pernah mempunyai alias, dan membawa kemanapun nama tersebut dengan bangga. Namun jangan-jangan memang di situ pokok persoalannya. Saya terlalu membanggakannya.
Saya tak paham bahasa Arab. Tak tahu mana makna yang benar tentang nama "Syarif Maulana". Orang tua saya dan Guru tampak punya versi yang berbeda perkara nama ini. Namun saya ikut saja, ketika Guru memberi saran untuk mengubahnya. Usulnya, jadikan "Arif Lana". "Lana" artinya kira-kira "untuk kami", "bersama kami", atau "di antara kami". Kata Guru, supaya lebih rileks, tidak berorientasi ke-aku-an, melainkan lebih pada ke-kami-an.
Masih terdengar agak asing bagi saya, tapi mengapa tidak? Selama SD saya dipanggil Arif, pun kalau tidak salah orang tua awalnya ingin saya dipanggil Arif. Tidak pernah terpikirkan sedikit pun bagi saya untuk mengganti nama. Saya tadinya merasa Syarif Maulana ini sudah solid. Baik buruknya akan tetap saya pertahankan hingga akhir usia. Namun ketika Guru memikirkan sungguh-sungguh terkait nama saya, maka tak ada salahnya untuk mengikuti usulannya. Si pejalan tak hanya memunguti serba perenungan dalam perjalananannya, melainkan mendapati perubahan nama. Sebagai doa. Mulai sekarang, panggil saya: Arif Lana.
Comments
Post a Comment