Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Lokasi Kebahagiaan

 

Cari-cari film di Netflix, akhirnya jatuh pada Expedition Happiness. Dari posternya pun sudah agak-agak terbayang, bahwa film dokumenter ini kemungkinan mirip-mirip dengan Into the Wild (kisah petualangan menuju alam bebas, lepas dari rutinitas yang menjemukan). Ternyata meski punya kemiripan tema, Mogli dan Felix, pasangan yang melakukan perjalanan dalam Expedition Happiness, lebih santai dan masih mau bersosialisasi ketimbang Christopher McCandless dalam Into the Wild yang berupaya untuk jauh-jauh dari manusia. Expedition Happiness masih menunjukkan banyak sisi kemanusiaan dan juga kehewanan, sementara McCandless lebih menikmati hidup menyendiri. 

Mogli dan Felix adalah pasangan asal Jerman. Mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan dari Amerika Utara menuju Amerika Selatan, dimulai dari Kanada, Alaska, melewati beberapa negara di AS, Meksiko, dan rencananya hingga Argentina. Mereka berangkat bertiga bersama seekor anjing bernama Rudi menggunakan bis sekolah yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memiliki toilet, dapur, dan tempat tidur. Expedition Happiness secara umum berisi tentang lika-liku perjalanan ketiganya, mulai dari mencari kendaraan yang tepat, upaya memodifikasinya supaya nyaman, masalah izin masuk di perbatasan, masalah di kendaraan, pertemuan demi pertemuan dengan warga lokal, hingga tentu saja, pemandangan indah dari setiap tempat-tempat yang dikunjungi. 

Mereka memaknai bahwa hidup dari momen ke momen ini adalah kebahagiaan seperti yang dikatakan oleh Felix:

"We don't have a routine ... No appointments, just living the life, living the moment. This is a happiness for sure.

Tema-tema semacam ini, yang secara umum berisi tentang kebahagiaan yang dicari melalui eskapisme dari kehidupan sehari-hari, memang memancing saya untuk nyinyir. Dulunya saya pikir keren, orang-orang seperti Christopher McCandless ini, yang mengekspresikan kebebasan secara ekstrem dengan cara soliter di alam liar. Namun sejak membaca Walden-nya Thoreau (yang menjadi inspirasi juga bagi McCandless), saya merasa kegiatan semacam itu justru elitis: pergi dari masalah sehari-hari, dengan perbekalan yang memadai, untuk kemudian mengutuki kehidupan masyarakat sebagai bukan kebahagiaan sejati. Hal yang dimaksud sebagai kebahagiaan justru adalah kebahagiaan semata-mata miliknya sendiri, yang dicapai dengan cara kabur dari masalah "sebenarnya". Mereka bukannya berupaya mengubah "dunia", melainkan memilih cabut dari "dunia". Crates, seorang sinis, menyatakan bahwa mereka yang memandang dunia dengan begitu hina, lupa bahwa dirinya juga adalah bagian dari dunia itu. 

Demikian halnya saat saya menonton perjalanan Mogli, Felix, dan Rudi. Mereka sebenarnya hanya mengadopsi kenyamanan hidup bermukim untuk kemudian diterapkan pada perjalanan jauhnya: toilet, dapur, kasur yang nyaman, listrik, air bersih, dan sebagainya. Kepedulian pasangan tersebut pada kesehatan Rudi yang menurun sepanjang perjalanan memang menyentuh, tapi kita bisa juga nyinyir pada hal ini: punya cukup uang dan waktu luang untuk memberikan perhatian besar pada hewan peliharaan adalah sesuatu yang mewah. Singkatnya, seperti halnya Thoreau, mereka hanyalah orang kaya yang sedang menciptakan kesulitan sendiri ... 

Namun saya akhirnya menyadari bahwa saya nyinyir pada mereka juga dari balik kenyamanan duduk depan laptop sambil berlangganan Netflix. Saya menjadikan nyinyir semacam itu sebagai sumber kebahagiaan saya sendiri juga. Bahkan diam-diam saya mengambil ponsel lalu WA istri yang sedang di luar, "Kalau punya banyak uang, kita keliling dunia yuk, road trip gitu." Istri saya cuma merespons iya-iya saja, sambil tahu bahwa saya pasti tidak kuat, mikirin bagaimana nanti pup nya, mikirin bagaimana nanti kalau susah makan, atau stres jika bertemu hewan liar. Iya benar, saya tidak benar-benar mau bepergian semacam itu, kecuali jika naik pesawat yang oke, tidur di hotel yang oke, dengan makanan terjamin dan tuan rumah yang siap sedia untuk direpotkan. 

Mungkin saya kurang avonturir, atau mungkin saya sudah puas dengan lokasi kebahagiaan tempat saya bermukim sekarang: nyinyir kehidupan orang lain yang ada pada layar di hadapan ...

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...