Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Tulisan untuk Reuni



 (Ditulis untuk Reuni "Before 40" SMP Taruna Bakti Angkatan 1997 dan SMA Taruna Bakti Angkatan 2000 tapi kelihatannya tidak jadi dipakai) 

 

Halo teman-teman eks SMP Tarbak angkatan 1997 dan SMA Tarbak angkatan 2000!

Sudah pada jadi apa sekarang? Pasti ada yang udah jadi ayah, ibu, pekerja kantoran, SJW, staf ahli, anggota dewan, pe-en-es, selebgram, dosen, guru, dokter, atau bahkan tetep medioker dan pengangguran. Gak apa-apa, nasib kita tentu beda-beda. Waktu dulu kita satu sekolah, sudah barang tentu keliatan bibit-bibit di antara kita nantinya jadi apa, walau ada yang tercapai dan ada yang enggak.

Ada yang dulunya kelihatan nackal dan enggak pernah belajar, eh sekarang jadi pengusaha sukses. Ada yang dulunya rajin belajar dan duduk paling depan, eh taunya jadi apa ya, udah deh gak usah dibahas. Poinnya, kita bakalan reuni 14 Oktober 2023 nanti, yang otomatis bakal saling ngeliat sudah pada jadi apa sekarang, sambil ngebandingin dengan apa yang pernah kita lakukan dulu-dulu. 

Enggak bisa enggak, kita berhutang pada masa lalu, sekolah tempat kita bertumbuh. Dari sekolah itulah, di luar urusan belajar di kelas dan ekskul, kita kenal dengan yang namanya pertemanan, permusuhan, pengkhianatan, jatuh cinta, patah hati, bangun pagi, mengakali birokrasi, mencari jatidiri, berkenalan dengan rokok dan miras, hiburan malam (Fame Station) sampai amit-amit, perundungan. Sadar enggak sadar, semua itu membentuk kita, ya gak sih? Kita adalah masa lalu kita. Anjay.

Maka itulah, reuni itu penting loh, gaes. Makin kita tua, apalagi mau kepala empat, gak ada salahnya berkunjung kembali ke masa lalu, tempat kita pernah mencicipi segala sesuatunya mungkin untuk kali pertama. Kita mungkin penasaran: kok aku jadi pengusaha super kaya sekarang, apakah karena dulu sempat dirundung orang-orang sampai akhirnya pengen membuktikan pada dunia, supaya kalian gak bisa bully aku lagi? Kok aku jadi sama pasangan ini ya, apakah karena secara bawah sadar tertanam bahwa laki-laki/ perempuan ideal itu adalah pacarku di masa SMP/ SMA? Kok aku jadi hijrah ya, apa karena jarang sholat pas sekolah?

Apapun itu, mungkin petunjuknya ada pada momen reuni. Apapun itu, kita boleh berterima kasih pada masa lalu. Kalau masih kesal dan dendam pada masa lalu, juga datanglah, selesaikan! Semua sudah berlalu puluhan tahun, tapi enggak ada salahnya reuni jadi momen penebusan: tentang cinta yang belum selesai, tentang kekesalan yang belum tertumpahkan, atau terima kasih yang belum tersampaikan.

Sampai jumpa semuanya!

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...