Begitulah manusia. Di usia muda saat sedang kuat-kuatnya, mereka sibuk mencari uang, menumpuk kekayaan, sampai sadar bahwa waktunya tinggal sebentar. Di saat kepala empat, saat tenaga perlahan-lahan menuju penurunan, mulailah mereka memikirkan apa yang disebut sebagai warisan. Mereka tahu bahwa mereka akan lenyap, maka itu harus ada sesuatu yang ditinggalkan bagi dunia. Mereka yang memiliki anak dalam arti tertentu sudah punya sasaran tetap pada siapa warisan tersebut ditinggalkan.
Namun terlepas punya anak atau tidak, seseorang biasanya berpikir keras tentang apa yang seharusnya ditinggalkan bagi dunia. Di situlah uang yang telah dikumpulkannya mulai dibelanjakan sedikit demi sedikit, untuk apa yang dibayangkan sebagai "legacy". Seseorang tidak lagi melulu menikmati kegiatan menerima, melainkan mulai memperbanyak kegiatan memberi. Tentu dasarnya bukan selalu kemuliaan dan kebaikan hati, tapi juga perasaan bersalah, perasaan ingin menebus segala kerakusan masa mudanya dan juga ketakutan, ketakutan akan mati.
Namun ada kekhawatiran lain yang tak kalah hebatnya, yakni ketakutan menghadapi masa tua. Di masa tua, seseorang takut sendiri dan takut sakit-sakitan. Disitu jugalah ia kadang enggan mengeluarkan uangnya terlalu banyak. Ia mesti mengantisipasi biaya pengobatan atau biaya mengatasi kebosanan sendirian.
Menjadi tua memang bukan periode yang menyenangkan. Terdapat ketakutan sana sini dan perasaan iri hati sana sini melihat anak muda yang masih bertenaga dan bisa melakukan apa saja. Waktu terus melaju dan ia yang menuju tua kemudian mulai merasa irelevan dan ditinggalkan. Hal yang ia ingat masih tentang kaset, radio, dan majalah, tapi anak-anak terkini sudah merambah Discord, Threads, dan aplikasi lainnya yang semakin steril dari keterlibatan orang-orang tua.
Hal yang tersisa dari seorang tua adalah uang yang ia tumpuk semenjak mudanya. Disitulah ia mulai melirik anak-anak yang generasinya jauh di bawahnya, untuk dipekerjakan, untuk membuatkan legacy baginya, dan anak-anak ini, karena masih muda dan polos, dengan bangga menerima tawaran itu. Tawaran untuk menebus kerakusan masa muda dari seorang tua. Lalu si anak-anak muda ini juga beranjak kian dewasa dan menjadi tua juga pada akhirnya. Saat tenaga tak lagi kuat, mereka melirik generasi di bawah untuk mengatasi rasa bersalah. Begitu seterusnya.
Apa poinnya? Hidup adalah kebaikan yang selalu datang terlambat. Datang saat ketakutan sudah datang, saat kekhawatiran terlalu besar. Kebaikan jangan-jangan tidak pernah muncul dari hati yang bersih, melainkan hati yang keruh.
Comments
Post a Comment