Skip to main content

Tentang Gus Miftah dan Reaksi Publik

Ramai soal Gus Miftah. Tak perlu diceritakan detailnya di sini. Lagipula, saya tak merasa harus mengomentari kata-kata Gus Miftah terhadap pedagang es teh. Bagi saya, hal yang lebih menarik adalah reaksi publik yang begitu masif, diantaranya dengan menyebarkan konten bertuliskan "lebih baik jualan es teh, daripada jualan agama". Selain itu, ada juga petisi yang berisi tuntutan kepada Presiden untuk mencopot jabatan Gus Miftah dari posisinya sebagai utusan khusus. Apapun itu, saya menilainya sebagai bentuk isyarat kebajikan atau virtue signaling .  Tak ada yang benar-benar peduli pada Gus Miftah atau tukang es teh. Masing-masing hanya memperagakan suatu sikap yang sejalan dengan apa yang sedang ramai. Jika benar-benar ditanya apakah Anda bersedia jualan es teh? Saya yakin sebagian besar menjawab tidak, bahkan dalam hatinya mungkin merasa lebih baik jualan agama karena sudah pasti lebih menguntungkan.  Dalam pandangan publik, pergulatannya sederhana sekali: mereka membangun per...

Menjelang Terbitnya Demotivasi 2

Kumpulan Kalimat Demotivasi 2: Panduan Hidup Bahagia untuk Medioker

 

Sudah lama saya bercita-cita menulis Demotivasi jilid dua, tetapi baru benar-benar menuliskannya pada akhir Juni 2021, tepatnya di masa-masa terkena virus Covid. Waktu itu, suasananya memang mendukung: saya tidak punya banyak opsi dalam berkegiatan dan memang kondisi terkena Covid membuat suasana hidup terasa lebih muram mood yang cocok untuk menulis sesuatu yang demotivasional. Entah kenapa, Demotivasi 2 ini rasanya lebih serius dan juga kelam. Mungkin dalam rentang waktu antara Demotivasi 1 dan Demotivasi 2 saya ada waktu memikirkan ulang tentang ide tersebut dan terinspirasi dari beberapa diskusi tentang demotivasi itu sendiri. 

Awalnya demotivasi ditulis untuk senang-senang saja. Isinya tidak terlalu diatur harus bagaimana dan yang penting berisi olok-olok terhadap motivator beserta kata-kata motivasionalnya. Namun pada Demotivasi 2 ini, saya memikirkan beberapa hal, misalnya soal paradigma motivasional yang terikat dengan prinsip-prinsip liberal - kapitalistik, asal-usul pemikiran motivasional dari buku William Wattles berjudul The Science of Getting Rich, demotivasi sebagai sebuah permainan bahasa, dan beberapa lainnya. Unsur jenaka tentu tetap dipertahankan, misalnya dengan adanya doa demotivasi lengkap dengan terjemahan Arab-nya agar terkesan relijius dan ilustrasi yang dibuat oleh Mufti "Amenk" Priyanka yang gambar-gambarnya terkenal agak "anti art."

Di tengah proses penulisan, Gema Ganeswara menawarkan diri untuk menyumbangkan foto-foto miliknya agar bisa dimuat di buku. Tentu ini menyenangkan sekali! Saya memang berharap buku ini juga diwarnai oleh ide-ide lain. Akhirnya diputuskan bahwa sepuluh foto kiriman Gema akan ditempelkan kata-kata demotivasional. O iya, terjemahan doa demotivasi ke bahasa Arab dilakukan oleh Akbar Rafsanjani, pegiat film asal Aceh yang saya kenal lewat Kelas Isolasi. Ternyata tidak salah mengajak Akbar, bahasa Arabnya sangat baik dan ia menggarap proyek ini dengan sangat serius, sampai-sampai meminta temannya yang ada di Saudi untuk melakukan proofreading

Untuk kata pengantar, jika pada Demotivasi 1 dituliskan oleh Romo A. Setyo Wibowo, maka di kesempatan kali ini saya meminta tolong Mbak Saras Dewi. Sama seperti di jilid pertama, edisi kedua ini juga diterbitkan oleh penerbit Buruan and Co. Kapan kira-kira buku ini terbit? Saat saya sedang menulis ini, naskah sedang ada dalam proses finalisasi oleh editor. Jika proses tersebut telah rampung, maka langkah selanjutnya tinggal melakukan layout dan ini memerlukan waktu sekitar seminggu. Jadi, jika semua berjalan lancar, maka diproyeksikan Demotivasi 2 naik cetak antara tanggal 17 - 20 Agustus 2021. 

Kalau ditanya mengapa saya tertarik dengan proyek demotivasi, sejujurnya saya tidak bisa menjawabnya secara memuaskan. Semua tercetus begitu saja. Namun jika ingin digali lagi, mungkin saya bisa menjawab begini: ada masa-masa saya menjadi orang yang sangat motivasional, tetapi suatu rentetan kejadian buruk sejak akhir 2017 hingga tahun 2020 membuat saya terpuruk dan merasa bahwa hidup yang motivasional sama sekali tidak ada artinya. Dipicu dari berbagai keputusasaan tersebut, saya menulis tentang demotivasi dan rupanya membuahkan perasaan yang menyenangkan.

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...