Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2020

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gramsci, salah sat

Demotivasi, Obat Pahit Abad Ke-21

Sudah lama saya merasa ada yang salah dengan berbagai acara motivasional di televisi ataupun kutipan motivasi yang bertebaran di media sosial ataupun Whatsapp group. Perasaan itu kira-kira begini: Mengapa saya tidak sedikitpun merasa termotivasi dengan hal tersebut? Dibaca tentu dibaca, diamini tentu diamini, dan kadang-kadang, harus diakui, ungkapan-ungkapan motivasional itu lumayan ada yang bagus juga. Tapi sekali lagi, mengapa saya tidak sedikitpun merasa termotivasi dengan hal tersebut? Ilustrasi oleh M. Rico Wicaksono (Instagram: @matjan_ningratz) Tapi kita sepertinya tidak hidup di era di mana sikap anti-motivasional dipandang sebagai sikap yang mesti dihargai. Kurang dari itu, malah sikap anti-motivasional lebih baik dianggap sebagai sikap yang tidak populer, tidak terpuji, dan bahkan penyakit menular yang harus dijauhi. Iya, para motivator terkenal itu sering mengatakan, jangan dekat-dekat orang yang berpikiran negatif, nanti kita yang berpikiran positif ikut terbawa. 

Dari Diskusi Literasi Road to Bandung Writers Festival

Saya diajak oleh teman, Deni "Kochun" Ramdani untuk menjadi project officer untuk acara bertajuk Bandung Writers Festival . Saya iyakan meski tahu bahwa ini adalah tugas yang tidak ringan, apalagi akan berlangsung nyaris sepanjang tahun. Rangkaian acara Bandung Writers Festival dimulai pada tanggal 21 - 23 Februari yang diberi judul Road to Bandung Writers Festival: Sastra dan Kearifan Urban . Acaranya macam-macam dan detailnya bisa dicek di instagram @bandungwritersfestival. Tulisan di bawah ini adalah rangkuman dari salah satu mata acaranya yaitu Diskusi Literasi. Diskusi Literasi berlangsung sebanyak lima kali dalam tiga hari.  Diskusi Literasi #1  Sastra Masa Kini Narasumber: Zulfa Nasrulloh Foto: Dokumentasi Bandung Writers Festival Masa kini adalah masa ketika ukuran kebenaran menjadi serba nisbi. Tidak terkecuali di wilayah sastra, yang mana setiap orang tiba-riba menciptakan ukuran sendiri untuk menilai mana sastra yang bagus dan mana yang kurang bagus.