Skip to main content

Tentang Pemikiran Marquis de Sade

Sekilas tentang Marquis de Sade   Marquis de Sade lahir di Paris, 2 Juni 1740 dengan nama Donatien Alphonse François de Sade. Ayahnya adalah tuan tanah dan pemilik properti sehingga dapat dikatakan bahwa de Sade berasal dari keluarga aristokrat. Pada usia 10 – 14 tahun, de Sade bersekolah di sekolah Yesuit bernama Louis le Grand. Di sekolah tersebut, de Sade sering mendapat hukuman penderaan atau pencambukan ( flagellation ). Tidak hanya itu, ia juga sering melihat orang-orang di sekolah tersebut mencambuk dirinya sendiri sebagai hukuman.  Semasa hidupnya, de Sade sering keluar masuk penjara dengan tuduhan terkait penistaan ( blasphemy ) dan percobaan pembunuhan. Artinya, perilaku seksual ganjil de Sade yang seringkali melakukan penyiksaan dalam melakukan hubungan seksual tidak masuk ke dalam alasan mengapa ia sering dipenjara. De Sade menikah dengan Renée-Pelagie yang meski mengetahui perilaku seksualnya yang ganjil, setia menemaninya hingga lebih dari dua puluh tahun. Meski ...

Surat dari Surakarta (Bagian Tujuh): Jumpa Ligeti di Slamet Riyadi

11 Agustus 2018

"Waktu, itulah bedanya," ujar Peter Szilagyi ketika ditanya kesulitannya ketika awal memainkan gamelan. Dalam gamelan, cara pandang para pemain terhadap waktu sangat berbeda dan cenderung fleksibel ketimbang di musik Barat. "Pada musik Barat, kami mempunyai ukuran-ukuran yang kurang lebih pasti sehingga kami punya bayangan berapa lama lagu ini akan dimainkan," kata pimpinan kelompok gamelan Surya Kencana A tersebut. 

Surya Kencana A adalah kelompok asal Budapest, Hungaria, yang didirikan sejak tahun 2006. Kehadiran kelompok ini adalah bentuk kerinduan Szilagyi terhadap gamelan, ketika ia menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada tahun 1996 hingga 2002 sebagai penerima beasiswa Darmasiswa. Atas dasar itu, bersama kawan-kawan yang juga pernah belajar gamelan (terutama sesama jebolan Darmasiswa), ia membentuk kelompok tersebut.

Surya Kencana A. Foto oleh Bekti Sunyoto

Szilagyi sendiri "nekat" pergi ke Surakarta semata-mata ketertarikannya dengan bebunyian baru. Padahal, tahun 1996 itu, dia baru saja lulus SMA di Budapest. Namun sebenarnya, ia sebelumnya sudah punya dasar bermusik karena sudah tekun memainkan musik tradisional Hungaria. Tidak ada kesulitan serius ketika pindah memainkan gamelan kecuali yang ia sebutkan tadi itu: tentang waktu. 

Malam itu memang saya tidak memilih untuk larut dalam keriaan di Benteng Vastenburg - yang notabene panggung utama -. Saya memilih untuk menyaksikan pertunjukkan yang berlangsung di Balai Soedjatmoko (Jalan Slamet Riyadi), yang kebetulan jaraknya hanya sekitar satu kilometer dari hotel tempat saya tinggal. Di gedung dengan kapasitas sekitar lima puluh orang itu, tampil dua kelompok yaitu Surya Kencana A dan Gema Swaratyagita bersama Laring Project. 

Karena terlalu penuh, saya memilih untuk menyaksikan Surya Kencana A dari luar gedung. Panitia International Gamelan Festival (IGF) 2018 seperti biasa, cukup sigap dengan memasang layar dan speaker di pelataran parkir, sehingga para pengunjung tetap dapat mendengar dan melihat, sembari nongkrong di angkringan (gratis loh!). 

Apa yang dimainkan oleh Surya Kencana A tampak seperti musik gamelan Jawa pada umumnya. Namun sebenarnya mereka melakukan transkripsi terhadap komposisi karya György Ligeti (1923 - 2006) yang berjudul Musica Ricertata. Musica Ricertata sendiri merupakan karya untuk piano yang terdiri dari sebelas bagian. Pada penampilannya kemarin, Surya Kencana A memainkan bagian dua dan tiga yang berjudul Mesto, Rigudo e Ceremoniale dan Allegro con Spirito. 

Meski berbasis di Hungaria, para penampil yang kemarin tampil tidak ada yang didatangkan khusus dari Hungaria. Semua yang tampil adalah musisi yang memang sedang atau sudah berada di Indonesia. Szilagyi sendiri menikah dengan orang Indonesia dan menetap (kembali) sejak tahun 2014. 

"A," potong Szilagyi, "Jangan lupa, Surya Kencana A, bukan Surya Kencana saja." Ini membuat saya heran dan otomatis bertanya, kenapa? Memang ada Surya Kencana B? Szilagyi, yang fasih berbahasa Indonesia ini, menjawab, "Itu adalah nama angkutan kota yang kami gunakan selama menjadi mahasiswa di Solo. Peran angkutan tersebut mungkin terasa sentimentil bagi kami, sehingga kami mengabadikannya." 

Sewaktu mereka tampil, saya sambil makan nasi kucing di angkringan. Saya mendengar dengan seksama, bagaimana mereka memainkan karya komposer favorit saya, Ligeti. Saya membayangkan, Ligeti, sang penulis musik avant garde tersebut, di hadapan saya, mencoba meredakan pedas karena membuka nasi kucing yang isinya rica.

Bersama Surya Kencana A. Foto oleh Resti Noelya.

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...