Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gramsci, salah sat

Filsafat Komunikasi: Dari Sokrates hingga Buddhisme Zen

Judul Buku: Filsafat Komunikasi: Dari Sokrates hingga Buddhisme Zen Genre: Filsafat Penulis: Syarif Maulana Penerbit: Publika Edu Media ISBN: 978-602-71415-2-0 Tahun Terbit: 2015 Jumlah Halaman: 134 Harga: Rp. 45.000 Ulasan: Ilmu komunikasi, meski relatif baru mengemuka sebagai wacana akademik -posisinya sering tenggelam oleh reputasi ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial-, namun sebenarnya ia sudah dipelajari jauh ratusan tahun sebelum masehi. Para filsuf dari Yunani dan Romawi seperti Sokrates, Aristoteles, hingga Cicero, masing-masing mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang seputar penyampaian pesan. Dalam buku ini, kita akan berpetualang menjelajahi khazanah pemikiran mulai dari zaman kuno, modern, hingga ke Timur. Ziarah ini akan membawa kita pada suatu kesadaran bahwa komunikasi bukan sekadar suatu ilmu tempelan yang bisa dipelajari dalam hitungan bulan. Komunikasi punya filsafatnya sendiri. Tajam dan menukik hingga ke kedalaman. Testimoni: Buku ini c

Riwayat yang Membosankan: Intelektualisme dan Menara Gading

    Awal Maret kemarin, saya membaca salah satu cerpen dari Anton Chekhov yang berjudul Riwayat yang Membosankan . Seperti halnya Ruang Inap no. 6 –cerpen Chekhov lain yang kebetulan sudah saya tamatkan-, Riwayat yang Membosankan adalah cerpen yang tidak pendek (sekitar sembilan puluh halaman). Diseling berbagai kesibukan di kampus yang membuat waktu untuk membaca menjadi sedikit, cerpen tersebut berhasil saya tamatkan dengan susah payah ketika bulan berganti menjadi Mei.  Setelah membaca Riwayat yang Membosankan , ada perasaan hening panjang yang tidak mengenakkan. Alasannya adalah ini: Isi dari cerpen tersebut adalah tentang kisah hidup seorang profesor kedokteran bernama Nikolai Stepanich, yang amat jemu dengan hidupnya, dan memandang segala sesuatu dengan pesimistis. Apa yang membuatnya muak, salah satunya, adalah kehidupan akademik dengan segala intelektualisme (bukan intelektualitas)-nya. Ini tentu saja menjadi teguran untuk saya yang menunda-nunda membaca cerpen ini