Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2014

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gramsci, salah sat

Akhir Sejarah

Francis Fukuyama menulis buku berjudul The End of History and The Last Man (1952) yang berisi ramalan bahwa bahwa perkembangan sosio-kultural manusia sudah selesai ketika seluruh negara sudah menganut sistem politik demokrasi liberal dan sistem ekonomi kapitalisme pasar bebas. Fukuyama menyebutnya dengan istilah menarik: Akhir sejarah.  Untuk membedah ramalan Fukuyama tersebut, pertama-tama yang kita lakukan adalah memetakan terlebih dahulu bagaimana sejarah berjalan. Ada yang melihat sejarah sebagai lingkaran sehingga segala sesuatu terus berulang (Pemikiran Buddhisme menganut hal tersebut dan juga Nietzsche). Ada juga yang melihat sejarah sebagai suatu gerak lurus yang berakhir pada sesuatu (Seperti halnya agama Abrahamistik dan juga konsep sejarah ala Hegelian). Ramalan Fukuyama dapat dilihat sebagai suatu gerak lurus (karena mengarah pada sesuatu yang final), tapi juga sebagai gabungan keduanya. Artinya, ada suatu gerak lurus sejarah yang mengarah pada pembentukan demokrasi li

Alex Ferguson - Biografi Saya: Lebih dari Sekadar Manajer Sepakbola

Saya bukan orang yang silau dengan buku-buku yang dipajang di bagian khusus di sebuah toko buku. Malah saya selalu berusaha mencari sudut-sudut gelap dengan harapan dapat menemukan buku yang aneh. Atas alasan itu pula -selain karena memang bukan penggemar tim sepakbola Manchester United- , saya tidak terlalu tertarik dengan buku Alex Ferguson - Biografi Saya  yang kerap ditempatkan di bagian depan Gramedia. Ternyata tanpa harus membelinya, buku tersebut sampai ke tangan saya sebagai tanda kasih setelah menjadi narasumber di komunitas film Layarkita. Batin saya mengatakan begini ketika menerimanya, "Oh, ternyata saya tidak alergi buku best-seller , asal gratis." Buku tersebut, tanpa diduga, ternyata menarik. Sering sekali saya berniat membaca satu paragraf, jadinya sebab; membaca sebab, jadinya tiga bab. Untuk buku setebal 397 halaman, saya termasuk cukup cepat menyelesaikannya -jika ditotal, mungkin perlu 24 jam saja-. Alasan buku tersebut menarik mungkin saja sangat

Lukisan Neraka: Menyelami Paradoks Hidup Seorang Seniman

Suatu hari, ketika saya sedang hanyut dengan akrobat bahasa dari Haruki Murakami dalam Norwegian Wood , tidak lupa saya menyempatkan diri untuk memberi apresiasi pada sang penerjemah yang bernama Jonjon Johana. Kebetulan, Pak Jonjon adalah kolega ibu saya di Sastra Jepang Universitas Padjadjaran sehingga saya pun dengan mudah mendapatkan nomor telepon beliau. Setelah mengirim pesan singkat menyampaikan apresiasi sejujurnya bahwa kebagusan  Norwegian Wood tentu saja tidak lepas dari peran penerjemah, esoknya datang kiriman buku kumpulan cerpen Lukisan Neraka yang juga terjemahan Pak Jonjon. Katanya, kalau memang saya suka dengan terjemahannya, ini saya kirim terjemahan saya yang lain. Jika sudah pernah membaca cerpen Rusia seperti Ruang Inap no. 6 dari Anton Chekhov, tentu saja cerpen dari Ryunosuke Akutagawa ini tidak terasa panjang meskipun juga jumlah halamannya termasuk di atas rata-rata yakni 62. Meski di dalamnya terdapat sejumlah cerpen, namun saya hanya membaca yang u