Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

30hari30film: Stranger than Paradise (1984)

3 Ramadhan 1434 H


Stranger than Paradise berpusat pada tiga orang yakni Willie (John Lurie), Eva (Eszter Balint) dan Eddie (Richard Edson). Ketiganya bermain dalam adegan demi adegan yang minimalis. Ceritanya sederhana saja, tentang Eva yang tinggal di tempat Willy selama sepuluh hari (hubungan keduanya adalah sepupu). Lama kelamaan Willy -yang tadinya merasa terganggu dengan kehadiran Eva- menjadi sayang pada saudaranya tersebut. Ketika sepuluh hari telah lewat dan Eva pergi ke Cleveland, Willy dan Eddie, kawannya, memutuskan untuk menyusul si sepupu. Di Cleveland, Eva dijemput untuk diajak bersama-sama ke Florida. 

Bagaimana mungkin cerita sederhana semacam itu bisa membuat film ini berdurasi sembilan puluh menit? Inilah yang menjadi kelebihan Jim Jarmusch, sang sutradara yang terkenal dengan indepensi gayanya. Jim Jarmusch menciptakan apa yang disebutnya dengan "pengalaman real-time". Ketika para pemain berdialog satu sama lain, ia tidak sedikitpun melakukan montase agar dialog menjadi lebih cepat dan padat. Jarmusch sangat suka membiarkan dialog terlihat alamiah -ketika para pemain tidak saling bicara, ia pun dengan tenang memperlihatkannya-. Ia juga sama sekali tidak melakukan close-up pada wajah si pemain. Biasanya dalam satu adegan, ia hanya mempertahankan satu sorotan saja. Meski tanpa suatu penggambaran mimik yang kuat, Jarmusch tetap sanggup menyampaikan perasaan-perasaan yang terjadi dalam film seperti misalnya proses ketertarikan Willy pada Eva, hingga kegundahan Willy dan Eddie ketika mereka kalah taruhan di ajang balapan anjing.

Meski dibuat pada tahun 1984, film Stranger than Paradise ini bisa dicurigai sebagai film yang estetikanya sudah berada di garda depan tidak hanya di masa itu, melainkan juga bagi yang melihatnya di masa sekarang. Bahkan untuk sutradara hari ini, barangkali tidak banyak yang berani melakukan eksperimentasi minimalis semacam yang dilakukan Jarmusch (minimalisnya Jarmusch tidak seperti "minimalis"-nya Sydney Lumet [12 Angry Men (1957), Dog Day Afternoon (1975)] yang meski latar filmnya kerap di satu tempat, tapi permainan kameranya tetap "mewah"). Ia sepertinya mendobrak estetika Hollywood yang akrab dengan kedinamisan dan kepadatan. Menariknya, Jarmusch tetap jempolan untuk menjaga para penonton untuk tetap di tempat duduknya. Agaknya film Stranger than Paradise, meski lambat dan absurd, tidak membuat penonton menguap seperti bagi mereka yang mungkin belum terbiasa dengan -misalnya- film-filmnya Ingmar Bergman yang juga sama-sama lambat dan absurd. 

Rekomendasi: Bintang Lima

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...