Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

30hari30film: Searching for Sugar Man (2012)

1 Ramadhan 1434 H



Bayangkan apa perasaan seorang musisi yang albumnya hanya terjual enam kopi saja? Bayangkan ketika dia sudah yakin betul bahwa karirnya sudah mati dan akhirnya menjalani masa tua dengan bekerja apa saja demi menghidupi ketiga anaknya, ternyata ada seseorang yang menghubungi untuk memberitahu bahwa dalam puluhan tahun belakangan, sesungguhnya albumnya laku keras di Afrika Selatan -melebihi popularitas Elvis Presley dan The Rolling Stones-?

Meski sekilas terdengar seperti dongeng, namun film dokumenter Searching for Sugar Man benar-benar menemukan musisi bernama Sixto Rodriguez tersebut. Film yang disutradarai oleh Malik Bendjelloul ini berpusat pada dua orang penggemar berat Rodriguez di Afrika Selatan yakni Stephen "Sugar" Segerman dan Craig Bartholomew Strydom. Mereka berdua menceritakan pengaruh musik-musik Rodriguez di Afrika Selatan. Dua albumnya, Cold Fact (1970) dan Coming from Reality (1971) benar-benar merasuki seluruh negeri hingga pemerintah sempat melarang lagunya yang berjudul Sugar Man karena dianggap punya pengaruh terhadap konsumsi obat-obatan di kalangan anak muda. Lagu-lagu Rodriguez juga, menurut Segerman, punya pengaruh kuat dalam gerakan revolusi anti-apartheid di negaranya. 

Rodriguez kemudian tidak diketahui rimbanya. Kabar terakhir tentangnya hanyalah sebuah mitos yang mengerikan, yakni tentang kematiannya di atas panggung dengan cara membakar diri. Jika bertanya pada orang-orang di Amerika Serikat pun -tempatnya tinggal dan membuat album- ternyata tak ada yang pernah mendengar namanya. Namun Segerman dan Strydom tak lantas begitu saja menyerah. Mereka melakukan segala cara untuk menemukan sang legenda. Mereka mengumumkan sayembara di internet hingga menelusuri label-label yang pernah memproduksi albumnya. 

Searching for Sugar Man adalah film dokumenter yang amat penting dan tidak terbatas bagi mereka pecinta musik saja. Film tersebut menunjukkan bahwa musik berkualitas tetap akan hidup meski ia tidak dikatrol oleh industri. Posmodernisme telah menciptakan mitos bahwa sesungguhnya kebenaran hanyalah tergantung siapa yang berkuasa. Namun ternyata hal tersebut tidak selamanya benar. Kebenaran masih ada yang absolut selama memang kebenaran tersebut jujur tanpa pretensi. Rodriguez mencipta musiknya dari hati, sehingga sampai pada pendengarnya meski jauh di ujung sana. 

Rekomendasi: Bintang Lima


Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...