(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...
9 Ramadhan 1434 H
Alfred Hitchcock adalah sutradara yang senang sekali menyiksa penontonnya. Menyiksa dalam arti membuat tegang sekaligus penasaran -dan yang terpenting, tetap merengut di tempat duduknya-. Rope (1948) yang merupakan film pertama Hitchcok yang dibuat berwarna, adalah salah satu filmnya yang paling mencekam.
Cerita dalam film Rope sesungguhnya sederhana saja. Ini adalah tentang pembunuhan terhadap David Kentley (Dick Hogan) yang dilakukan oleh kedua temannya, Brandon Shaw (John Dall) dan Philip Morgan (Farley Granger). Motif pembunuhannya adalah semata-mata karena Shaw dan Morgan ingin mempraktikkan apa yang disebutnya sebagai "perfect murder". Maksudnya, mereka ingin menciptakan kejahatan yang sempurna, yang tidak sanggup dilacak oleh siapapun juga. Yang menarik, Shaw dan Morgan seolah menantang diri mereka dengan cara menjadi tuan rumah untuk sebuah pesta yang diadakan dengan beberapa kolega. Tepat di tengah-tengah pesta tersebut, disembunyikan mayat David Kentley secara rapi.
Film Rope terinspirasi oleh kisah nyata pembunuhan Bobby Franks oleh Nathan Leopold dan Richard Loeb pada tahun 1924. Motifnya sama, Leopold dan Loeb ingin mempraktikkan kejeniusan mereka lewat pembunuhan. Sebelum diangkat ke layar sinema oleh Hitchcock, terlebih dahulu kisah pembunuhan Franks tersebut diadaptasi ke dalam bentuk teater oleh Patrick Hamilton dengan judul Rope juga. Hitchcock kelihatannya terpesona dengan Rope dalam versi teater sehingga ia memutuskan untuk mempertahankan gaya teater tersebut ke dalam filmnya. Ia hanya menggunakan satu setting saja dan kamera jarang sekali melakukan pemotongan gambar (cut). Tercatat Hitchcock hanya sepuluh kali melakukan cut dalam film berdurasi 70 menit tersebut. Meski tanpa akrobat montage, Hitchcock tetap sanggup menciptakan thriller lewat akting dan dialog yang kuat. Film ini adalah peragaan kejeniusan sang maestro.
Rekomendasi: Bintang Empat
Comments
Post a Comment