(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...
15 Ramadhan 1434 H
Christopher Nolan adalah sutradara yang sukses membuat tiga film Batman terakhir (Batman Begins, The Dark Knight, dan The Dark Knight Rises) menjadi lebih psikologis ketimbang laga-sentris. Yang demikian ternyata memang merupakan ciri khas Nolan dari sejak sebelum menggarap Batman. Dari sejak tiga film pertamanya yakni Following, Memento, dan Insomnia, Nolan memang akrab dengan gaya psychological thriller yang membuat penonton lebih tertarik pada apa yang ada di dalam alam pikiran para pemain ketimbang apa yang dilakukannya.
Memento (2000) adalah film yang berpusat pada Leonard Shelby (Guy Pearce), seorang pria yang bermasalah dengan memorinya -kerap mengalami kelupaan akan apa-apa yang sudah ia lakukan di hari sebelumnya-. Leonard, dengan keterbatasan ingatannya, berupaya membalas dendam pada orang yang membunuh istrinya. Untuk mengatasi penyakitnya tersebut, Leonard mencatat segala hal yang perlu ia ingat dari mulai dengan foto, nota, hingga tato di tubuhnya.
Dengan gaya penceritaan yang melompat-lompat, Nolan menciptakan suatu efek psikologis yang serius tentang memory loss. Ia ingin agar tidak hanya Leonard yang mengalami keterbatasan ingatan tersebut, melainkan penonton juga ikut diajaknya. Di film Memento, kita akan menyaksikan betapa cepatnya Nolan mengalihkan satu adegan ke adegan lain di ruang dan waktu yang berbeda. Lompatan demi lompatan ini sama sekali tidak menimbulkan efek gembira. Justru kita diajak menyelami palung kejiwaan yang terdalam dari sang protagonis. Film-film Nolan mungkin tidak akan mudah dipahami kebanyakan orang, tapi -sebagaimana sutradara berkarakter lainnya- jelas ia mempunyai penggemar fanatiknya sendiri.
Rekomendasi: Bintang Tiga
Comments
Post a Comment