(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...
Penggemar heavy metal manapun tentu saja tidak ada yang tidak kenal dengan Ozzy Osbourne. Bersama dengan band yang ia bentuk di akhir tahun 60an, Black Sabbath, ia menjelma menjadi Godfather of Heavy Metal. Tidak hanya disebabkan oleh suaranya yang khas dan aksi panggungnya yang spektakuler, Osbourne juga terkenal karena kehidupan di luar panggungnya yang kontroversial. Ia dikenal sebagai bintang rock yang akrab dengan alkohol, obat-obatan, dan perempuan. Osbourne, dalam film dokumenter tentangnya yang berjudul God Bless Ozzy Osbourne (2011) mengatakan bahwa ia sering sekali lupa akan apa yang sudah ia lakukan di panggung akibat konsumsi obat yang berlebihan. Osbourne baru mengetahuinya setelah ia melihat rekaman dirinya sendiri pasca naik pentas.
Namun God Bless Ozzy Osbourne yang disutradarai oleh Mike Fleiss dan Mike Piscitelli -yang disebut tinggal bersama Osbourne selama dua tahun demi merampungkan filmnya- ini bukan hendak semata-mata menampilkan sisi kontroversial ataupun kedigjayaan sang superstar. Film ini justru hendak menampilkan sisi manusiawi si "pemakan kelelawar" dengan menempatkan segala perilakunya di tengah-tengah pandangan rekan-rekan dan keluarganya. Osbourne, yang mengaku berada di "top of the world" sejak usia 23, ternyata dipandang sebagai orangtua yang gagal oleh kedua anak dari istri pertamanya. Osbourne juga, di mata beberapa rekannya, dianggap sebagai orang yang berkali-kali lolos dari kematian meskipun nyawanya ada di ujung tanduk oleh sebab dosis obat-obatan yang ia konsumsi.
Ozzy Osbourne, yang berusia 63 tahun ketika film dokumenter tersebut dirilis, masih tetap aktif di atas panggung tanpa mengurangi citranya sebagai seorang bintang rock yang identik dengan "sisi gelap kehidupan" Namun lewat God Bless Ozzy Osbourne, kita diajak untuk mengetahui bahwa di balik kultus individu akan dirinya, Osbourne adalah manusia biasa yang juga memiliki banyak ketakutan dalam hidupnya. Film dokumenter ini penting ditonton tidak hanya untuk mengetahui apa siapa Ozzy Osbourne, tapi secara umum dapat digunakan untuk memahami bahwa secara eksistensial, manusia seringkali lebih rumit dari apa yang kelihatan di permukaan.
Rekomendasi: Bintang Empat
Comments
Post a Comment