(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...
17 Ramadhan 1434 H
Ben-Hur -meski barangkali sulit untuk dikonsumsi oleh generasi penikmat film hari ini oleh sebab durasinya yang amat panjang- merupakan salah satu film terpenting dalam sejarah sinema Hollywood. Adegan pertarungan chariot antara Ben-Hur dan Messala ditampilkan dengan spektakuler dan memikat tidak hanya bagi jamannya saja, tapi mungkin juga oleh kita yang menyaksikannya sekarang. Tema biblikal yang diusungnya pun dibuat sedemikian rupa agar muncul sedikit saja dalam film tapi mengena. Film ini mungkin terlalu naif bagi mereka yang tidak berminat dengan tema-tema religius. Tapi lepas daripada dogma yang ditawarkannya, secara estetika, Ben-Hur masuk kategori film yang harus ditonton.
Ben-Hur (1959) adalah film tentang seorang Yahudi bernama Judah Ben-Hur (Charlton Heston). Petualangan Ben-Hur tersebut bermula dari ia menjadi budak di kapal perang Romawi hingga kemudian ia sanggup bangkit menantang Messala, seorang Roma, untuk bertarung di arena balapan kereta perang (chariot). Petualangan tersebut digambarkan oleh sutradara William Wyler dalam durasi 3 jam 31 menit. Tak hanya mengenai Judah Ben-Hur dan aksi-aksinya, film Ben-Hur juga mengandung pesan religius yang kuat berkaitan dengan Kristianitas (Ben-Hur hidup di masa Yesus Kristus hidup dan ia menyaksikan sendiri penyaliban Sang Mesias).
Ben-Hur meraih 11 Piala Oscar dan hanya bisa ditandingi puluhan tahun kemudian oleh Titanic (1997) dan The Lord of The Rings: The Return of The King (2003). Film yang dibuat berdasarkan novel berjudul Ben-Hur: A Tale of The Christ karangan Lew Wallace tersebut merupakan film dengan biaya produksi termahal pada jamannya. Komposisi musik dari Miklós Rózsa ikut melengkapi film Ben-Hur yang konon dibuat sebagai bentuk jawaban atas tuduhan terhadap film-film Hollywood yang pada masa itu dianggap tidak mendidik.
Ben-Hur -meski barangkali sulit untuk dikonsumsi oleh generasi penikmat film hari ini oleh sebab durasinya yang amat panjang- merupakan salah satu film terpenting dalam sejarah sinema Hollywood. Adegan pertarungan chariot antara Ben-Hur dan Messala ditampilkan dengan spektakuler dan memikat tidak hanya bagi jamannya saja, tapi mungkin juga oleh kita yang menyaksikannya sekarang. Tema biblikal yang diusungnya pun dibuat sedemikian rupa agar muncul sedikit saja dalam film tapi mengena. Film ini mungkin terlalu naif bagi mereka yang tidak berminat dengan tema-tema religius. Tapi lepas daripada dogma yang ditawarkannya, secara estetika, Ben-Hur masuk kategori film yang harus ditonton.
Rekomendasi: Bintang Lima
Comments
Post a Comment