Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2013

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gramsci, salah sat

Dua Belas Jam Lebih Dekat dengan Rusia

Pertama-tama harus diberitahukan bahwa saya belum juga bosan bercerita tentang Awal Uzhara, seorang legenda hidup berusia 82 tahun yang dalam empat bulan terakhir ini sering saya jumpai. Pak Awal, seperti yang berulangkali saya ceritakan, adalah orang yang tinggal lima puluh tahun di Rusia untuk -salah satunya- kuliah di institut perfilman tertua di dunia yang bernama VGIK. VGIK adalah tempat belajar dan mengajar sutradara-sutradara besar Rusia seperti Eisenstein, Pudovkin, Batalov dan Tarkovsky. Biasanya, saya yang mengundang Pak Awal untuk menjadi narasumber film Rusia di Garasi10. Namun hari Sabtu lalu saya mendadak ditelpon oleh beliau. Giliran Pak Awal mengundang saya ke Jakarta, tepatnya ke Pusat Kebudayaan Rusia, untuk menyaksikan pemutaran film yang berjudul Elena pada hari Rabu tanggal 27 Maret. Biasanya, Rabu adalah hari dimana saya mempunyai kewajiban mengajar di sekolah musik. Namun permintaan Pak Awal terlalu menarik untuk ditolak. Saya putuskan untuk ikut tanpa pikir

Energi Kecemasan

Hari itu, 20 Maret, saya mendapat dua kali pengalaman visual yang menakjubkan. Setelah akhir Februari lalu saya berjumpa dengan Slamet Abdulsjukur yang masih tetap berkarya di usianya yang 78, sekarang saya berhadapan lagi dengan manula-manula (jika kita sebut manula itu adalah yang  enam puluh tahun ke atas) enerjik yang tetap berkarya secara horizontalistik. Maksudnya horizontalistik, mereka tidak menjauhkan diri dari manusia demi berasketik ria dan mabuk dalam religiusitas vertikal. Para manula tersebut, Dieter Mack dan Awal Uzhata, keduanya sangat enerjik untuk memberikan sesuatu bagi manusia. Semangatnya yang berapi-api membuat aspek fisiologis ke-manula-an-nya tak berarti banyak karena ditelan spirit khas pemuda dua puluh-an. Dieter Mack adalah profesor dari Jerman kelahiran tahun 1954. Artinya, ia tepat berusia enam puluh di tahun ini. Kehadirannya di Indonesia bukanlah hal yang aneh. Ia menganggap Bali adalah rumah keduanya karena kecintaan yang serius pada gamelan Bali

Musuh

Apa kesamaan Awal Uzhara dengan Musashi, Che Guevara, dan Don Vito Corleone? Jawabannya: Mereka sama-sama bicara tentang musuh. Dari empat nama tersebut, tentu saja hanya Pak Awal yang saya mendengarkan buah pikirnya secara langsung. Lulusan Institut Sinematografi Gerasimov di Moskow itu mengungkap betapa orang Indonesia sejak Orde Baru begitu alergi dengan Rusia karena dianggap punya korelasi dengan paham komunisme. Pak Awal membeberkan fakta menarik bahwa partai komunis bukan lagi yang berkuasa di sana. Selain itu, masyarakat Rusia pun sudah tidak menjadikan paham komunis sebagai sentral kehidupannya -jauh dari ketika Lenin atau Stalin yang berkuasa-. Intinya, orang-orang Indonesia tak perlu lagi alergi dengan segala hal yang berbau Rusia dan komunisme. Kalaupun alergi, kata Pak Awal, "Biasanya mereka tak paham-paham amat soal Rusia. Juga tak paham-paham amat soal komunisme." Di akhir pertemuan itu ia memberi satu kalimat yang menarik, "Jika menganggap Rusia dan kom

Balada Majalah Pria yang Tak Membuat Ereksi

  Ditulis sebagai suplemen bincang-bincang Majalah Bung! di Kineruku, 2 Maret 2013 “Laki-laki suka dua hal: permainan dan bahaya. Atas dasar itu mereka menyukai perempuan sebagai permainan yang paling berbahaya.” – Nietzsche dalam Zarathustra Meski terkesan melakukan simplifikasi, namun pernyataan Nietzsche tersebut ada benarnya –setidaknya dari konteks yang akan kita bahas hari ini yaitu tentang majalah pria-. Tidak bisa tidak, majalah yang mengidentifikasi dirinya sebagai “majalah khusus pria”, sepertinya mewajibkan diri memuat gambar perempuan. Tidak hanya gambar perempuan, tapi juga pelbagai konten di dalamnya seolah punya pesan bagi para pria agar menjadi menarik bagi perempuan. Tips-tips di dalamnya seperti bagaimana bercinta, memodifikasi mobil, berbisnis yang handal, memilih makanan sehat, dsb, kita bisa curigai ia beraroma Freudian: Apa-apa ujung-ujungnya harus dalam rangka menenangkan id , nafsu tribalistik yang merongrong ke arah –salah satunya- kebutuhan kelam