Ilustrasi dihasilkan oleh AI Ada macam-macam pengandaian untuk manusia tertentu yang dianggap tak-lagi-seperti-manusia. Dalam sebuah pertarungan UFC (contoh ini dipilih karena saya sering menontonnya di Youtube), misalnya, seorang petarung yang begitu ganas dalam melancarkan pukulan dan bantingan bisa diibaratkan oleh komentator "seperti hewan". Mungkin karena petarung tersebut begitu "kehilangan akal", memanfaatkan hanya nalurinya untuk menerkam, memanfaatkan seluruh tubuhnya untuk menghabisi mangsa. Ada juga perandaian lain yang non-manusia, yaitu mesin. Menyebut manusia sebagai mesin sama-sama memperlihatkan "kehilangan akal", tetapi lebih menunjuk pada suatu gerakan otomat, kadang repetitif, yang kelihatannya bisa dilakukan berulang-ulang tanpa mengenal rasa lelah. Mungkin bisa dibayangkan pada Cristiano Ronaldo muda yang larinya begitu kencang atau petinju yang bisa menghujamkan pukulan terus menerus seolah-olah dia diprogram demikian. Tubuh adalah ...
Meski mengandalkan estetika film "kelas B", Tarantino jelas bukan sutradara "kelas B". Sejak film pertamanya yang berjudul Reservoir Dogs (1992), Tarantino menunjukkan dirinya bisa membuat film yang terkesan murahan -karena latar yang minimalis, adegan yang dominan berdarah-darah, aktor yang sedikit, musik yang ready-use , dan dialog yang amat keseharian- namun cukup konseptual, berprinsip, dan referensial. Dalam arti kata lain, ia menjadikan estetika "kelas B" ini sebagai pilihan pribadinya, bukan karena desakan dana yang minim. Walhasil, atas karakteristik filmnya yang khas dan boleh dibilang idealistik, Tarantino mempunyai penggemarnya sendiri. Kita tidak bisa menyamakan popularitas Tarantino ini dengan sutradara Hollywood spesialis box office seperti Steven Spielberg atau Peter Jackson. Namun ia jelas akan dikenang sebagai seseorang yang kokoh memegang teguh gaya estetikanya seperti seorang David Lynch. Maka itu, kemunculan Django Unchained ...