Pada tanggal 21 Agustus 2024, seorang perempuan, mantan mahasiswi, menjangkau saya via DM Instagram untuk mengucapkan simpati atas hal yang menimpa saya. Singkat cerita, kami berbincang di Whatsapp dan janjian untuk berjumpa tanggal 6 September 2024 di Jalan Braga. Tidak ada hal yang istimewa. Dia sudah punya pacar dan juga memiliki mungkin belasan teman kencan hasil bermain dating apps . NK baru saja bercerai dengan membawa satu anak lelaki. Dia adalah mahasiswi yang saya ajar pada sekitar tahun 2016 di sebuah kampus swasta. Dulu saya tidak punya perhatian khusus pada NK karena ya saya anggap seperti mahasiswa yang lainnya saja. Namun belakangan memang dia tampak lebih bersinar karena perawatan diri yang sepertinya intensif. Selain itu, bubarnya pernikahan selama sebelas tahun membuatnya lebih bebas dan bahagia. Sejak pertemuan di Jalan Braga itu, saya tertarik pada NK. Tentu saja NK tidak tertarik pada saya, yang di bulan-bulan itu masih tampak berantakan dan tak stabil (fisik, ...
Jumat minggu lalu saya menonton film yang cukup berkesan di sebuah forum di Garasi10. Film tersebut berasal dari Rusia. Judulnya Burnt by The Sun atau dalam bahasa aslinya: Utomlyonnye Solntsem. Film yang disutradarai oleh Nikita Mikhalkov tersebut meraih Oscar untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik tahun 1994.
Film ini awalnya sulit untuk diketahui arahnya kemana. Tidak terlihat semacam tokoh protagonis dan antagonis seperti umumnya film (yang langsung mengajak penonton untuk bersimpati ke tokoh tertentu). Nyaris sembilan puluh menit pertama dari total film dua jam setengah ini dihabiskan untuk menampilkan suasana keluarga besar yang penuh kehangatan dalam suasana liburan. Banyak pertanyaan dari saya tentang dimana letak konfliknya. Yang ada hanya bentuk kasih sayang sederhana antara Sergei Petrovich Kotov, Maroussia (istrinya), Nadia (anaknya), dan sejumlah saudara-saudaranya seperti Philippe, Vsevolod, Mokhova dan Kirik.
Kotov (diperankan oleh sang sutradara, Mikhalkov) adalah eks pahlawan perang di era Stalin. Di bagian mula-mula film, ada bagian menarik ketika Kotov diminta penduduk setempat untuk mengusir tentara merah yang hendak membabat ladang gandum milik warga. Kotov kemudian mengandalkan statusnya di masa lalu untuk meyakinkan para tentara tersebut bahwa ia lebih berkuasa. Para tentara paham, ketakutan, dan akhirnya mundur. Mereka kenal betul siapa Kotov, yang notabene pernah dekat dengan sang pemimpin negeri, Yang Mulia Stalin.
Kejanggalan terjadi ketika di tengah-tengah kehangatan keluarga tersebut mendadak bergabung seseorang bernama Mitya (Oleg Menshikov). Mitya punya pembawaan ceria, hangat, dan komikal -Ia juga pandai bermain musik dan mendongeng. Mitya sama sekali tidak sulit untuk merebut hati seisi keluarga Kotov. Terlebih lagi, ia memang pernah ke rumah tersebut. Selidik punya selidik, masa lalu Mitya pernah diwarnai hubungan dengan Maroussia, yang sekarang menjadi istri Kotov.
Namun justru kehangatan itulah yang menimbulkan kegetiran -ketika mengetahui bahwa Mitya sebetulnya adalah seorang agen polisi rahasia-. Ia mencari Kotov dan hendak mengeksekusinya. Film ini menjadi menarik sekaligus menegangkan karena ditunjukkan dengan cerdas oleh Mikhalkov, bagaimana antara Kotov dan Mitya terjadi perang dingin diantara suasana keluarga yang hangat. Meski keduanya punya latar belakang kekerasan militer yang kental, namun mereka tetap enggan merusak liburan keluarga.
Film ini, meski awalnya agak membosankan, terutama disebabkan oleh karakteristik sinema Rusia yang kata Pak Awal Uzhara, "Menitikberatkan pada dialog," namun lama-kelamaan saya pribadi tersedot juga ke tempat duduk. Hal ini mulai terjadi ketika pelan-pelan terbuka kedok Mitya, dan atas motif apa ia pura-pura masuk ke keluarga untuk bertindak ceria. Cara pembawaan yang berlama-lama di awal ini justru menjadi berhasil karena pada akhirnya saya membayangkan betul bagaimana rasanya ada intrik tingkat militer di tengah suasana liburan. Mikhalkov sukses membangun suspens bukan lewat ketegangan yang banyak, melainkan justru kegembiraan yang berlimpah. Film ini juga menjadi sangat simbolik ketika beberapa kali ditampilkan foto kebesaran Stalin yang secara kontradiktif disandingkan dengan adegan kekejaman Mitya. Satu lagi, film ini semakin menarik karena alur waktu yang diceritakan hanya terjadi dalam sehari penuh saja.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWaalaikumsalam mohd. sazni,
ReplyDeletesalam sejahtera.
Selamat membaca, terima kasih apresiasinya, dan tetap tegur sapa selalu. akan saya kirimkan via email setiap ada tulisan baru. :)
Wassalam.