Skip to main content

Pulih

  Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya.  Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang.  Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di

30hari30film: La Strada (1954)


3 Ramadhan 1433 H



La Strada adalah film Italia yang dibesut oleh sutradara neo-realis Federico Fellini. Film yang diproduseri Dino de Laurentiis ini, musiknya ditata oleh komposer kenamaan yang akrab dengan musik The Godfather yaitu Nino Rota. Selain itu, musisi Bob Dylan menyebut film La Strada sebagai inspirasinya dalam lagunya yang terkenal Mr. Tambourine Man.

La Strada bercerita tentang wanita lugu bernama Gelsemina (Giulieta Masina) yang direkrut oleh penghibur keliling Zampano (Anthony Quinn). Gelsemina diambil untuk menggantikan kakaknya, Rosa, yang meninggal dalam perjalanannya yang juga bersama Zampano. Ibunya menyerahkan Gelsemina karena dua alasan: Pertama, Zampano memberi uang sepuluh ribu Lira. Kedua, sang ibu ingin agar Gelsemina jalan-jalan melihat dunia luar.

Gerak-gerik Gelsemina amat kontras dengan Zampano. Gelsemina begitu naïf, labil; kadang ia ingin pergi dari tuannya, kadang ia ingin menikah dengan Zampano. Sedang Zampano -persis seperti pertunjukannya yang selalu memamerkan kekerasan ototnya dalam memutus rantai baja- adalah orang yang keras, tidak hangat, dan praktis. Gelsemina menemukan kehangatan dalam diri seorang yang dijuluki Il Matto (Richard Basehart). Ia adalah badut sekaligus peniti tambang yang pandai bermain biola mini.

Dari Il Matto, Gelsemina belajar filosofi hidup seperti, “Batu pun diciptakan untuk manfaat tertentu.” Membuat Gelsemina, yang terus menerus di-bully oleh Zampano karena tidak punya kemampuan apa-apa, menemukan dirinya juga berharga. Il Matto sendiri beberapa kali membuat Zampano kesal. Il Matto kerapkali mengejek Zampano sebagai tidak kreatif dan, “Lihat wajahnya, berkali-kali membuat saya tertawa.” Gelsemina terus belajar hal yang baru setiap Zampano singgah memarkirkan karavannya. Ia belajar dari biarawati yang mengatakan bahwa, “Kami pindah dua tahun sekali. Jika kamu sudah nyaman di satu tempat, kamu akan melupakan tujuan semulamu: Tuhan.”

Seperti pada umumnya film-film neo-realis, La Strada mengangkat tema keseharian yang menyentuh. Meski demikian, tidak bisa dikatakan juga La Strada adalah film yang mudah dicerna seperti film neo-realis lainnya semisal Bicycle Thief karya Vittorio de Sica atau Pather Panchali karya Satyajit Ray. Bobot obrolan Gelsemina dengan Il Matto dan biarawati bisa membuat kening mengkerut. Apa yang mau dipesankan oleh Fellini agaknya ada pada sosok Zampano yang sangat menolak berpikir reflektif. Ia hidup hanya untuk mencari uang dan seks. Berbeda dengan sosok Gelsemina yang meskipun naïf, tapi ia selalu melihat berbagai hal dengan rasa kagum. 

Rekomendasi: Bintang Lima

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1

Gin

GIN Gingin Gumilang pernah menjadi mahasiswa di kelas waktu saya masih mengajar di Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Saya lupa tahun berapa itu, mungkin sekitar tahun 2010 atau 2011. Gin, begitu dipanggilnya, duduk di pojokan, orangnya pendiam, tetapi saya tahu di kepalanya menyimpan banyak pemikiran. Suatu hari, saya mengumumkan di kelas bahwa akan ada konser gitar klasik di IFI Bandung dan tentu saja, saya hanya berbasa-basi saja, tidak berharap kalau mereka, yang umumnya kost di Jatinangor, akan datang ke Bandung hanya untuk menonton gitar klasik. Ternyata ada satu orang yang datang ke IFI, ya Gin itulah. Sejak itu saya terkesan. Rupanya wawasannya juga luas. Saya ingat ia tiba-tiba membicarakan Freud di kelas, di tengah mahasiswa-mahasiswa yang yah, duduk di sana hanya berharap bisa lulus saja, tanpa peduli ilmu apa yang didapat. Saya kemudian terpikir, rasanya tepat kalau Gin diajak bergaul lebih luas, keluar dari "sangkar" yang membuat

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k