(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...
10 Ramadhan 1433 H
Indiana Jones and The Raiders of The Lost Ark adalah judul baru
bagi film Steven Spielberg yang sebelumnya berjudul Raiders of The Lost Ark ini. Film yang diproduseri George Lucas
tersebut, pada masanya meraup keuntungan yang luar biasa dan menjadi film yang
legendaris bahkan hingga hari ini. Atas dasar itu, Spielberg membuat beberapa
edisi film lagi tentang Indiana Jones mulai
dari Indiana Jones and The Temple
of Doom (1984), Indiana Jones and The Last Crusade (1989), Indiana
Jones and The Kingdom of Crystal Skull (2008) hingga serialnya yang
berjudul The Young Indiana Jones Chronicle (1992-1996).
Film
tentang Indiana
Jones selalu disajikan dengan penuh aksi dan petualangan yang menegangkan
nyaris dari menit awal film hingga akhir. Indiana
Jones and The Raiders of The Lost Ark berkisah tentang petualangan Indiana
Jones (Harrison Ford) yang berupaya menyelamatkan ark (tabut?) agar tidak jatuh ke tangan pihak Nazi. Apa yang
istimewa dari tabut? Tabut bernama Ark of The Covenant ini, jika
didapatkan, maka tentara Nazi bisa menjadi terkamuflase dan tak terlihat. Film
menjadi menarik karena keberadaan Rene Belloq (Paul Freeman) - musuh bebuyutan Indiana yang juga
arkeolog- yang tak kalah cerdas, berani, dan penuh intrik. Selain disebabkan
oleh labirin dan perangkap yang begitu rumit dihadirkan dalam rangka
menyulitkan jalan menuju tabut, film Indiana
Jones and The Raiders of The Lost Ark juga menjadi cukup segar karena
keberadaan Marion Ravenwood (Karen Allen) yang
tampil lugu, mengimbangi keseriusan Indiana.
Jalan cerita film tentang Indiana
Jones relatif monoton dan selalu tentang perburuan artefak. Namun yang
hendak ditawarkan oleh Spielberg tentu saja bukan tentang kekompleksan cerita,
melainkan sajian full-action yang
membuat penonton mengkerut di kursinya. Spielberg dengan pandai tidak
membiarkan film untuk terjebak pada adegan dialog yang terlalu lama. Dialog
seolah hanya sebatas “fase jeda” sebelum Indiana
bertarung menghadapi tantangan berikutnya. Plus
musik garapan John Williams menjadi kekuatan yang tak terbantahkan dalam
menopang pelbagai adegan.
Namun
sebagaimana umumnya film Spielberg yang “ada keharusan ditonton sebanyak
mungkin orang”, maka selalu saja ada gabungan
antara adegan jenaka
dan sadis sekaligus. Di film yang sama, kita bisa saksikan adegan dimana Indiana
secara “cerdas” menembak lawan dengan pistol dalam adegan adu pedang (yang
merupakan suatu hal yang agaknya bisa membuat penonton tertawa), tapi juga ada
adegan dimana salah seorang tentara Nazi tercincang baling-baling helikopter
hingga darahnya terhambur. Meski kerancuan tersebut cukup lumrah terjadi dalam
film-film Spielberg, namun agaknya secara keseluruhan Indiana Jones and The Raiders of The Lost Ark tetaplah film yang penting
dan fenomenal dalam sejarah perfilman Hollywood.
Aksi-aksi Indiana
–harus diakui- memang memukau.
Rekomendasi: Bintang Empat
Comments
Post a Comment