(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...
8 Ramadhan 1433 H
The Buddha: The Story of Siddhartha adalah film dokumenter garapan
David Grubin yang dinarasikan oleh Richard Gere. Berdurasi 112 menit, film ini
berkisah tentang perjalanan hidup Siddhartha
Gautama mulai dari lahir, remaja,
menikah, pergi dari istana, mencari jatidiri, tercerahkan di pohon Boddhi, mendapatkan murid, hingga hari
kematiannya. Film ini tidak membosankan karena sutradara sanggup meramu antara narasi; pengakuan dari berbagai orang
seperti Dalai Lama, Mark Epstein, William
Stanley, Nick Offerman serta beberapa bhiksu
Buddha; latar masyarakat India
dan Nepal;
serta animasi yang menarik.
Film dimulai dengan narasi Richard Gere mengenai kelahiran Siddhartha sekitar
2500 tahun silam di perbatasan India
dan Nepal.
Sebelum melahirkan, sang ibu mendapatkan mimpi yang aneh berkaitan dengan
seekor gajah putih. Menurut juru tafsir mimpi, itu artinya sang ibu akan
mempunyai anak lelaki yang kelak menjadi seorang pemimpin besar atau ahli
spiritual. Sang ayah, yang ingin Siddhartha menjadi pemimpin besar,
“menyekapnya” di dalam istana. Ia dilarang keluar agar tidak menyaksikan
pahitnya dunia. Namun di
suatu hari, ia keluar bersama kusir kuda dan mengalami empat penglihatan yaitu:
orang tua, orang
sakit, orang mati, dan orang yang hidup bertapa. Keseluruhan
penglihatan itu membuat dirinya memutuskan untuk meninggalkan istana dan hidup
tanpa wisma.
Merujuk pada juru tafsir mimpi tadi, Siddhartha mengambil jalan menjadi ahli
spiritual.
Buddha atau sering diartikan
sebagai “Yang Terbangun”, digambarkan dalam film dokumenter ini dengan cukup
lengkap. Fakta sejarah dan mitos
tentangnya diceritakan secara komprehensif sehingga dirasa cukup objektif dan
tidak ada maksud menggurui. Yang terpenting dari film The Buddha: The Story of Siddhartha ini adalah penekanan ajaran
Buddha yang bukan terletak pada asketisme (penyiksaan tubuh sendiri secara berlebihan).
Beberapa kali dititikberatkan bahwa menjadi Buddha adalah berarti menjalani
kehidupan sebagaimana adanya, atau dalam istilah sang Buddha sendiri: Menerima
bumi, bukan menolak apalagi menguasainya. Film ini sangat direkomendasikan bagi
mereka yang mau mengenal Buddha dan ajarannya untuk kali pertama.
Rekomendasi: Bintang Empat
Comments
Post a Comment