Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Prasasti FM 2011


Hari ini, 27 Februari 2012, adalah hari yang amat penting. Di sela-sela penampilan di acara seminar biomedik di ITB tadi, saya menyempatkan diri untuk melihat-lihat lapak DVD games untuk komputer di trotoar Jalan Ganesha. Saya dengan sangat berhati-hati memutuskan untuk membeli permainan yang saya yakini lebih jahat dari narkoba: Football Manager. Saya membeli edisi terbaru yaitu Football Manager 2012 (FM 2012) yang sebetulnya sudah rilis dari November kemarin. Namun akibat saya tahu betapa bahayanya game tersebut, saya beberapa kali menunda pembelian hingga akhirnya tadi luluh juga karena jarak antara saya dan lapak sudah sedemikian dekat.

Sampai rumah, saya langsung install game tersebut dan tidak mendapat kesulitan apapun untuk langsung memulainya. Namun setelah beberapa saat, hati saya mendadak sedih. Saya ingat bahwa di edisi FM sebelumnya (FM 2011), saya masih berkiprah. Akhirnya saya kembali ke FM 2011 untuk sejenak menutup karir setelah sempat mengabadikan beberapa tampilan yang menunjukkan capaian demi capaian saya di game tersebut.

Entah kenapa, di profil tertulis saya kelahiran 1984 padahal saya yakin saya tidak pernah salah menulis tahun kelahiran yang harusnya 1985. Sehingga di tahun 2032, umur saya sudah 47 tahun! Saya memulai karir sebagai pelatih Udinese dan pernah memenangkan Serie A kalau tidak salah di musim kedua. Setelah Udinese, saya dilirik AC Milan dan sukses besar di sana. Kalau tidak salah saya menghabiskan sembilan musim dengan hanya kehilangan tahta Serie A dua kali. Di Milan juga saya berjumpa dengan pemain kesayangan yang saya sudah anggap seperti anak sendiri: Alexey Rudenok.

Saking sayangnya pada Rudenok, saya begitu ingin memboyong dia ketika saya direkrut Real Madrid. Sayang manajemen AC Milan mempertahankannya mati-matian. Tapi saya tidak menyerah, demi melihat Rudenok pensiun di klub yang saya bina, saya rela merekrutnya di usia cukup senja, 33 tahun. Rudenok pun menurut pengakuannya, jatuh cinta pada saya.

Saya pernah menangani timnas tiga kali, yaitu Italia, Argentina, dan kembali lagi ke Italia. Dua timnas pertama gagal total, tapi comeback ke Italia kedua kali saya berhasil mempersembahkan trofi Piala Eropa. Selepas melatih Real Madrid selama kurang lebih tiga tahun dan mempersembahkan dua gelar La Liga, saya mencoba tantangan baru dengan pindah ke klub rival, Atletico Madrid. Justru disitulah karir kepelatihan saya mulai turun. Meski mempunyai amunisi pemain cukup dahsyat, tapi ternyata Real Madrid -yang baru saja saya tinggal- masih lebih kuat.

Keterpurukan semakin menjadi setelah saya melabuhkan diri di klub favorit, Barcelona, yang waktu itu justru kerap berada di bawah El Real dan Atletico. Ternyata membangun El Barca sepeninggal generasi Messi dkk. adalah pekerjaan mahaberat. Akhirnya saya mengundurkan diri dari dunia sepakbola di musim ketiga menangani Barcelona tanpa sempat memberikan gelar.
 
Dalam postingan ini saya cuma ingin bercerita. Saya tidak mau memaknai yang terlalu jauh karena jika ditelusuri, saya sudah pernah membahas filosofi FM dua kali di blog. Saya cuma ingin bersentimentil ria, kadang-kadang membayangkan punya hidup sebagai orang lain itu ada indahnya.

Terima kasih Macheda, Isla, Inler, Rudenok, Neymar, Marcio, Angloma, Marciano, Cosentini, Leandro, Fabbri, Zunino, Ferreira, Giorgi, dan rekan-rekan semuanya!


Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...