Skip to main content

Pulih

  Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya.  Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang.  Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di

The Invention of Lying dan Ketiadaan Agama


Bayangkan sebuah dunia tanpa kebohongan. Semua orang berkata jujur, semua orang berkata langsung tentang apa yang dipikirkannya. Efeknya, tiada karya sastra, tiada rayuan, dan yang paling menarik: tidak ada agama.

Kisah ini adalah tentang Mark Bellison, seorang pecundang yang lahir di tengah umat manusia yang tidak mengenal konsep bohong. Ia penulis skenario film yang gagal, hampir dipecat, dan dianggap tidak menarik oleh teman kencannya, Anna. Seperti misalnya, dalam pertemuan pertama Mark dengan Anna, langsung disambut dengan, "Kamu tidak menarik, jangan harap aku mau tidur denganmu setelah kencan." Termasuk ketika pelayan restoran menawari menu pada Mark dan Anna, ia memulainya dengan, "Aku malu dengan pekerjaan ini." Begitulah dunia tanpa kebohongan. Orang mengatai seseorang jelek, buruk, payah, dengan amat terang-terangan di hadapannya. Perubahan dimulai ketika Mark mendapat "wahyu" di bank. Kala itu ia hanya punya 300 dollar di rekening dan ingin menarik semuanya. Tapi "lewat sebuah suara yang menyuruhnya", Mark menyebut 800 dollar, dan ia tetap mendapatkannya tanpa kesulitan sedikitpun.

Itulah kebohongan pertama dalam sejarah umat manusia. Mark memanfaatkan kemampuannya tersebut untuk banyak hal. Mulai dari membuatnya menjadi seorang penulis skenario film sukses, mengajak bercinta seorang wanita, memberi harapan bagi orang-orang di panti jompo, hingga -yang krusial- memberi cerita tentang apa yang terjadi pada manusia setelah kematian pada ibunya yang sekarat. Untuk menghibur ibunya yang ketakutan, Mark bercerita bahwa pada situasi afterlife, ia bisa bertemu dengan orang-orang yang dicintainya. Sejak itu, Mark jadi terkenal, masuk berita, dan orang-orang berebutan untuk minta diceritakan apa yang terjadi pasca kematian. Mark bercerita dengan lantang tentang harapan-harapan pasca mati, termasuk adanya pertemuan dengan Man in The Sky yang mengatur segala nasib umat manusia.

Ketiadaan Agama
Satu yang menarik tentang dunia-tanpa-kebohongan adalah berdampak pada ketiadaan agama. Ini merupakan konsep penting karena kebenaran menurut Bertrand Russell adalah harus selalu bersifat korespondensi dengan indrawi. Sedangkan agama sesungguhnya tidak punya korespondensi apapun secara empiri. Ia lahir dalam bentuk imajinasi, tapi diceritakan seolah-olah riil dan indrawi. Meskipun secara logikal demikian, agama sesungguhnya tidak sesederhana itu. Saya akan membuat analogi tentang agama:

Agus membeli telur, tepung terigu, soda kue, gula pasir, dan vanila. Ia ingin membuat sesuatu yang "belum pernah ada". Dengannya ia bereksperiman belasan hingga puluhan kali hingga mendapatkan suatu kue yang "belum pernah ada". Dinamailah kue itu dengan bolu kukus. Pertama di dunia.

Bolu kukus yang enak itu mendapat tempat di hati banyak orang. Dan ketika semua orang bertanya bagaimana membuatnya, Agus bingung. Ia mendapati bahwa keseluruhan proses membuat bolu kukus itu adalah hasil eksperimen berulang-ulang yang barangkali tiada polanya. Tapi demi kemaslahatan umat manusia, ia menuliskannya dalam apa yang dinamakan resep. Resep itu kemudian dibagikan pada semua orang dan jadilah semua orang bisa membuat "bolu kukus Agus". Hanya kemudian yang Agus sesali adalah, semestinya ia tak usah membuat resep. Karena yang esensial dari bolu kukus adalah bukan semata-mata resepnya, tapi proses eksperimentasinya itu sendiri. Setiap orang seyogianya mengalami "ledakan percampuran" telur, tepung terigu, soda kue, gula pasir, dan vanila itu dalam pengalamannya sendiri.

Artinya, agama berpotensi kebohongan hanya jika diceritakan. Namun dalam pengalaman transendental individu, agama selalu hadir menjadi obat penawar kegelisahan manusia atas banyak misteri kehidupan. Dalam film The Invention of Lying tersebut, agama menjadi punya makna ketika tiada satupun manusia yang tahu kemana mereka pergi pasca mati. Mark Bellison adalah seorang pembohong, berkata sesuatu yang tidak ada dalam kenyataan dan tidak pernah tercerap sedikitpun oleh indra. Saya tidak akan dengan terang-terangan menuduh para Nabi yang memberikan utopia pasca mati sebagai sekumpulan para pembohong seperti Mark. Saya akan lebih menyoroti bahwa manusia, dalam hakekat terdalamnya, jangan-jangan memang sekumpulan makhluk konkrit yang membenci kekonkritan. Sekumpulan makhluk riil yang membenci realitas. Seperti argumen Prof. Ramachandran tentang mengapa manusia menciptakan seni: Hanya karena tiada satu manusiapun yang menyukai kenyataan sejati yang hadir telanjang di hadapannya. Kita semua gembira kalau dibohongi!

Comments

  1. haha emang adegan dia yg seakan2 jd "nabi" itu yg paling nendang... :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1

Gin

GIN Gingin Gumilang pernah menjadi mahasiswa di kelas waktu saya masih mengajar di Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Saya lupa tahun berapa itu, mungkin sekitar tahun 2010 atau 2011. Gin, begitu dipanggilnya, duduk di pojokan, orangnya pendiam, tetapi saya tahu di kepalanya menyimpan banyak pemikiran. Suatu hari, saya mengumumkan di kelas bahwa akan ada konser gitar klasik di IFI Bandung dan tentu saja, saya hanya berbasa-basi saja, tidak berharap kalau mereka, yang umumnya kost di Jatinangor, akan datang ke Bandung hanya untuk menonton gitar klasik. Ternyata ada satu orang yang datang ke IFI, ya Gin itulah. Sejak itu saya terkesan. Rupanya wawasannya juga luas. Saya ingat ia tiba-tiba membicarakan Freud di kelas, di tengah mahasiswa-mahasiswa yang yah, duduk di sana hanya berharap bisa lulus saja, tanpa peduli ilmu apa yang didapat. Saya kemudian terpikir, rasanya tepat kalau Gin diajak bergaul lebih luas, keluar dari "sangkar" yang membuat

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k