Skip to main content

Pulih

  Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya.  Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang.  Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di

Filsafat Football Manager



Football Manager, atau yang dulunya bernama Championship Manager, adalah game PC yang mengambil tema manajer sebuah klub sepakbola. Jika game olahraga kebanyakan menjadikan kita sebagai pemain, FM tidak mengeksploitasi ketangkasan ala genre sports atau action, melainkan lebih ke kecerdikan, ketekunan, ketepatan mengambil keputusan, dan segala-gala yang berkaitan dengan kemampuan-kemampuan manajerial. Maka pantaslah jika game olahraga ini digolongkan pada strategy. Info tentang game ini silakan lihat saja di sini.

Saya bermain FM sejak SMP, sejak namanya masih CM. Entah kenapa, bagi saya permainan ini sangat membuat kecanduan. Saya bisa memainkannya seharian penuh, bahkan ketika mengetik ini pun game tersebut masih berjalan. Dalam tingkat kecanduan yang parah, saya bisa tidak tidur dan kontra-produktif: waktu masih kuliah, kuliah jadi telat, sedangkan kali ini, saya jadi jarang menulis. Maka itu agar jadi produktif menulis, saya ambil jalan tengahnya, yaitu menulis tentang FM, walaupun tahun lalu saya pernah melakukannya, dengan alasan yang sama.

Untuk mengatasi rasa kebersalahan dari kontra-produktif ini, saya akan mencoba membuat kecanduan ini menjadi filosofis. Agar kemudian kita bisa memetik hal yang hakiki, lebih dalam dan mengakar dari cuma sekedar fungsi game sebagai hiburan. Akan lebih mudah dipahami jika yang membaca adalah sekaligus pernah memainkan FM (maka belilah). Berikut adalah filosofi yang saya rumuskan di tengah-tengah ketegangan bergelut menangani Nottingham Forest dalam memperebutkan tiket promosi ke Premier League Inggris. Dalam tulisan sebelumnya, saya menyebutkan bahwa filosofi yang dikandung FM adalah bahwa dia memenuhi will to power-nya Nietzsche.

Ilusi Kausalitas
Ada sesuatu yang saya renungkan tentang pertanyaan, "Mengapa hidup ini menarik untuk dijalani?" Barangkali, karena banyak sekali peristiwa sebab-akibat yang tidak absolut. Ada kejadian kausalitas yang kerap tak bisa dirumuskan. Ini mengapa kalimat "hidup adalah misteri" masih selalu relevan. Peristiwa jatuhnya Adi dari sepeda misalnya: Ia bisa disebabkan oleh adanya batu yang membuat sepedanya terantuk. Jika persis sebelum ia mengalami kejadian tersebut Adi lalai shalat, maka lalainya shalat Adi bisa menjadikan sebab musabab lainnya. Atau kemudian jatuhnya Adi bisa dimaknai juga sebagai sebuah sebab. Agar Adi menjadi anak baik misalnya, tidak keluyuran malam-malam dan nongkrong bersama Om-om yang kerap merokok. Demikian asyiknya hidup adalah segala sesuatu bisa dipandang dari sebab-akibat yang luas dan semuanya tetap punya makna. Saya tidak bisa membayangkan hidup dengan kausalitas yang absolut untuk seluruh kejadian. Misalnya, jika tidak shalat menyebabkan sepeda yang ditumpangi jatuh, maka yakinlah semua orang kemudian akan shalat sebelum bersepeda, kecuali ia seorang sado-masokhis.

Renungan di atas bukan milik saya, sebelumnya itu pernah dipikirkan dengan sangat tajam oleh filsuf Empirisisme Inggris, David Hume. Menurutnya, sebab-akibat adalah ilusi, sebuah kebiasaan yang kita simpulkan dari dua kejadian yang berdekatan atau berurutan. Kita menyimpulkan, dalam permainan biliar, bola merah masuk oleh sebab bola putih membenturnya, adalah kesimpulan yang diambil oleh sebab dua hal: Karena bola merah posisinya dekat dengan bola putih, serta karena kita sering melihat bola merah bergerak oleh karena bola putih membenturnya. Persoalan apakah betul bola merah bergerak dan masuk oleh sebab bola putih, itu persoalan kebiasaan saja. Ini cukup menjawab mengapa kita kerap takjub oleh sulap. Salah satunya karena kita menganggap ada kausalitas yang mutlak, sehingga ketika melihat kelinci yang tiba-tiba muncul dari topi, maka dianggap mustahil dan disebut magic. Dalam kebiasaan indrawi kita, kelinci yang muncul dari topi, harus diawali dengan kelinci itu masuk ke dalam topi terlebih dahulu.

Gol, kemenangan, kebobolan, kekalahan, permainan cantik, dan berbagai peristiwa sepakbola yang terangkum dalam FM, sesungguhnya hanya menarik jika kita percaya bahwa hal-hal demikian ada hubungannya dengan kemampuan manajerial kita. Misalnya, dalam FM ada fitur team instructions yang digunakan ketika pertandingan dijalankan. Isi team instructions ini bermacam adanya, isinya berupa perintah bagaimana gaya tim kita bermain (get ball forward, stay on feet, pass into space, exploit the flanks, dsb). Ketika tim saya ketinggalan gol, maka saya mengaktifkan instruksi get ball forward, misalnya. Setelah instruksi tersebut, beberapa menit kemudian terjadi gol, dan saya kemudian percaya bahwa get ball forward adalah penyebab dari gol. Tapi dalam pertandingan lain, sering juga get ball forward ini tidak terbukti menjadikan gol, dan malah saya tetap kalah. Bisakah kau membayangkan bahwa ada kausalitas yang absolut, yakni setiap ketinggalan gol pasti sanggup dikejar dengan instruksi get ball forward?

FM, dalam sudut pandang tertentu, mengandung miniatur kehidupan. Memang ada kausalitas yang mendekati kepastian, misalnya, Barcelona pasti menang melawan Persib Bandung. Ini sama dengan ratusan ribu tentara Persia pasti menang melawan tiga ratus pasukan Sparta. Namun ada term and condition mikro yang misterius, yang menyebabkan kehidupan seringkali sukar ditebak. Barcelona bisa jadi pasti menang melawan Persib, tapi bagaimana jika Barcelona tidak mengikutsertakan Xavi, Messi, Iniesta, Busquets, dan cuma membawa tim juniornya? Atau bagaimana jika lapangan Siliwangi terlalu jelek sehingga El Barca sulit melakukan Tiki Taka? Atau bagaimana jika pemain Barca banyak yang sakit perut karena diberi konsumsi makanan warteg yang perut mereka tak akrab? Atau mari kita tarik ke wilayah yang lebih ontologis: Bagaimana jika Tuhan menghendaki bahwa tendangan pemain Catalan tak ada yang mengarah ke gawang, sedangkan sepakan Gonzales satu-satunya sanggup merobek jala Victor Valdes? Dalam segala kepastian, persentase ketidakpastian selalu ada. Dan FM asyik sekali membingungkan kita dengan kausalitas-kausalitas yang tanpa rumus tersebut. Ia kerap menarik karena tidak ada satupun rumus yang betul-betul pas bagi setiap kemenangan. Yang ada cuma kepercayaan tentang bahwa rumus tersebut mempunyai hubungan sebab-akibat dengan kemenangan.

Dengan argumen filsafat seperti ini, masihkah kalian: orang-orang yang chatnya sering saya abaikan, SMS tidak dibalas, telepon tidak diangkat oleh sebab asyiknya saya bermain FM, memaafkan saya?

Comments

  1. bisa jadi, bukan FM yang menyebabkan: orang-orang chatnya sering diabaikan, SMS tidak dibalas, telepon tidak diangkat, dsb. Ada ilusi kausalitas dalam akhir tulisan ini :P

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1

Gin

GIN Gingin Gumilang pernah menjadi mahasiswa di kelas waktu saya masih mengajar di Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Saya lupa tahun berapa itu, mungkin sekitar tahun 2010 atau 2011. Gin, begitu dipanggilnya, duduk di pojokan, orangnya pendiam, tetapi saya tahu di kepalanya menyimpan banyak pemikiran. Suatu hari, saya mengumumkan di kelas bahwa akan ada konser gitar klasik di IFI Bandung dan tentu saja, saya hanya berbasa-basi saja, tidak berharap kalau mereka, yang umumnya kost di Jatinangor, akan datang ke Bandung hanya untuk menonton gitar klasik. Ternyata ada satu orang yang datang ke IFI, ya Gin itulah. Sejak itu saya terkesan. Rupanya wawasannya juga luas. Saya ingat ia tiba-tiba membicarakan Freud di kelas, di tengah mahasiswa-mahasiswa yang yah, duduk di sana hanya berharap bisa lulus saja, tanpa peduli ilmu apa yang didapat. Saya kemudian terpikir, rasanya tepat kalau Gin diajak bergaul lebih luas, keluar dari "sangkar" yang membuat

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k