Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Anti-Barat


Alkisah ada seorang fundamentalis Islam berorasi: Hancurkan Barat! Hancurkan Amerika! Kapitalitas merusak akhlak! McDonald terkutuk! KFC busuk! Yahudi mati!

Lalu berjalanlah ia pulang dari demonstrasi di, bisa di gedung pemerintahan, ataupun kedutaan AS itu. Pulang dengan menggunakan mobil yang di era lampau diciptakan oleh Karl Benz. Ia juga tak luput menyebarkan pamflet kebencian pada AS, yang tanpa ide Johann Gutenberg soal mesin cetak, ia akan kecapean menuliskan pamflet per pamflet yang jumlahnya seribu. Ia pulang, kelaparan, makan di warung nasi goreng. Katanya, "Ini bukan produk Amerika, asal kita jangan makan di McD, boikot McD!" Setelah makan dengan menggunakan sendok yang konon diciptakan di Eropa Utara, ia membayar. Membayar tanpa bertanya darimana nasi goreng tersebut harganya menjadi sekian dan mengapa bukan sekian. Seolah-olah dia percaya, bahwa harga dikendalikan oleh invisible hand-nya Adam Smith.

Sebelum sampai rumah, ia mampir ke warnet, mengakses Facebook. Membuka akunnya yang sedang membuat grup anti-Amerika. Tahukah ia soal Mark Zuckerberg? Yahudi perintis Facebook itu? Mungkin tahu, mungkin juga tidak. Tak luput juga ia membuka blog pribadinya, yang berisi caci makian terhadap Barat, salah satunya soal Valentine sebagai bentuk syirik. Agar terlihat pandai, dipaparkanlah sejarah Valentine, yang mana ia ambil dari Wikipedia (ingat, diciptakan oleh Jimmy Wales dan Larry Sanger). Ia menyalin sejarah yang, oh sialan, dimetodakan dengan baik oleh Herodotus. Belum lagi, ia jelas-jelas memuja Alexander Graham Bell yang tanpanya, ia tak bisa menelepon teman-temannya sesama akhwan-ikhwat. Sambil terkadang menonton acara Manajemen Qalbu di televisi ciptaan John Logie Baird, ia menunggui anaknya pulang sekolah. Sekolah yang tak akan ada tanpa sistem akademia Platonis. Lalu di akhir hari, ia tidur, mematikan lampu temuan Thomas Alva Edison. Esoknya, ditelpon ia oleh kedutaan AS. Sang fundamentalis diundang makan di hotel Hilton. Silakan katanya, mengemukakan aspirasinya, sambil makan malam. Diterima ia bak raja, dihidanginya pelbagai makanan istimewa dari penjuru dunia. Sang tuan rumah mempersilahkan dengan ramah, "Silakan, ini halal." Di perbincangan, ia melunak, "Allah tidak suka orang yang menolak rizki. Asal halal."

Lalu ia pamit shalat di tengah makan. Ia bingung dimanakah kiblat? Untung ia membawa kompas. Kompas yang dahulu digunakan dengan bangga oleh Columbus dan Magelhan untuk mengolonialisasi. Sehingga wajah dunia menjadi seperti sekarang ini.

Akhir cerita, karena ia berada di Indonesia, maka bersujudlah ia, ke arah Barat.

Comments

  1. suka bgt ma Invisible hand Adam Smith (bpk gw tuh...,hihihi..:)..Timur melengkapai Barat dan barat melengkapi timur,org barat suka dg alam timur dan org timur suka music barat...,perpaduan yg melengkapi,terkadang saling membutuhkan tp terkadang tak sadar akan itu..

    ReplyDelete
  2. @hapsari: merci.. :)
    @Mba Liely: Iya mbak, tapi lebih tepatnya, barat sekarang lagi banyak lagi belajar soal timur. Sedangkan timur, yang sejak dulu sedang canggih, malah menurut saya mundur dengan belajar soal barat. Nanti akan saya bahas di tulisan. Ini menarik. :)

    ReplyDelete
  3. waduh om ini bagus..salut
    yg kaya gini nih, munafik..kah? :p

    ReplyDelete
  4. Bener pa, keren! Barat timur kaya laki-laki sama perempuan, logika sama hati.
    Rian Septiandi 112500274 hahaha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...