(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...
Minggu, 8 Februari 2009
Hari itu aku duduk sendiri
Malam-malam lampu dimatikan
Mata terpejam pekat menerkam
Yang tersisa tinggal bunyi-bunyian
Datang dari si gila Zappa
Lalu cahaya itu datang
Membingkai pekatku segi empat
Setiap gebuk drum ada ledakan gemintang di sana
Ya, ya, disana
Kau tidak akan melihatnya
Raungan gitar mengilatkan cahaya
Tipis
di sudut kiri bawah
Betotan bas melahirkan kunang-kunang
Terbang melayang terbebas tanpa berkedip
Beethoven sekarang ambil bagian
Memainkan simfoni nomor sembilan
Jayalah ia sang mahakarya
Memainkan Ode a La Allegria
Dari bintang ia turun ke bumi
Mencari tempat yang pas untuk melihat angkasa
Angkasa angkasa dimanakah kamu
Aku disini mencari kebermaknaan dari hal-ikhwal
Dahulu mungkin semuanya satu
Tapi pikiran membelah semuanya
Menjadi lemah dan terpecah
Maka biarkan aku meleburkannya kembali
Menjadi cinta dan rindu yang tak bernama
Tubuhku bergetar hebat
Lalu jatuh lunglai dalam kegilaan yang nikmat
Wah, ending-nya klimaks.
ReplyDelete